Capaian Setahun Kesejahteraan Guru

3 hours ago 4

Oleh: Wiguna Yuniarsih*)

Guru menjadi sebuah faktor penting dalam sistem pendidikan. Profesi ini berperan strategis dan krusial dalam menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

Namun, hingga kini kesejahteraan guru masih menjadi tantangan yang perlu diselesaikan secara menyeluruh. Hal itu mencakup kebutuhan ekonomi, sosial, dan pengembangan profesional.

Kondisi kesejahteraan tidak hanya berefek pada motivasi dan kinerja guru. Kualitas pendidikan secara keseluruhan pun merasakan dampaknya (Hasanah dan Zainuddin, 2024).

Masalah kesejahteraan guru sangat terasa pada kelompok guru honorer. Sebagian besar mereka menerima penghasilan di bawah standar kebutuhan hidup yang layak.

Gaji mereka sering kali berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan. Rentang angka itu tentunya tidak akan mencukupi kebutuhan sehari-hari, terutama bila mereka tinggal di daerah perkotaan (Dhobith, 2024).

Menurut studi yang dilakukan Mai Afinda Sari dan kawan-kawan (2024), kesejahteraan finansial guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi mengajar dan hasil belajar siswa. Maknanya, semakin sejahtera para guru, semakin termotivasi pula mereka dalam mengajar dan murid-muridnya pun makin berprestasi.

Penelitian Mohammad Zulfikar, Arif Darmawan, dan Edy Sutrisno (2014) juga menunjukkan kaitan itu. Mereka menemukan, gaji yang layak (melalui sertifikasi) menjadikan para guru bersemangat dalam proses belajar mengajar. Bahkan, dengan itu mereka semakin bersemangat dalam mengajar dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Kajian itu selaras dengan temuan Matthew G Springer and Catherine D Gardner (2010) dalam Teacher Pay for Performance: Context, Status, and Direction. Mereka mengungkapkan, gaji-guru yang layak merupakan sebuah keniscayaan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana pemerintah melakukan penggajian yang layak untuk para guru.

Tak hanya itu, ada pula kesenjangan pendapatan guru yang diperburuk oleh keterbatasan akses guru honorer terhadap tunjangan seperti yang diterima guru-guru berstatus aparatur sipil negara (ASN). Selain itu, guru di daerah terpencil menghadapi tantangan berikutnya, seperti akses terhadap pelatihan profesional yang terbatas, infrastruktur pendidikan yang kurang memadai, serta kondisi geografis yang masih terisolasi.

Solusi sejahterakan guru

Solusi untuk meningkatkan kesejahteraan guru harus dilakukan melalui pendekatan holistik. Hal ini mencakup peningkatan gaji sesuai dengan biaya hidup, pemberian tunjangan berbasis kinerja, serta penyediaan akses pelatihan profesional yang merata---terutama bagi guru-guru di daerah terpencil.

Pemerintah juga perlu memperkuat program perlindungan sosial bagi guru-guru, seperti jaminan kesehatan dan pensiun. Ini sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian mereka.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru adalah investasi jangka panjang yang akan berdampak besar pada kemajuan pendidikan Indonesia. Dengan guru yang sejahtera, sistem pendidikan dapat mencetak generasi unggul yang siap bersaing di tingkat global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Faktor-faktor kesejahteraan meliputi: (1) fasilitas yang memadai, (2) gaji yang memenuhi standar hidup, (3) lingkungan kerja yang aman dan nyaman, (4) sistem kerja yang adil dan terbuka, serta (5) ruang untuk kreativitas dan aspirasi. Faktor-faktor ini akan meningkatkan etos dan moral kerja guru, yang pada gilirannya dapat mendongkrak kinerja profesional mereka (Massalim, 2019).

Pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan perlu bersinergi dalam menciptakan regulasi dan program yang tidak hanya berfokus pada kesejahteraan materiel, tetapi juga pengembangan profesional yang berkelanjutan. Upaya ini merupakan investasi jangka panjang yang akan mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.

Pemerintah telah berupaya meningkatkan kesejahteraan guru, terutama guru honorer. Namun, kemampuan negara belum mampu menyentuh semua aspek. Perlu dukungan dan gebrakan yang lebih untuk mempercepat kesejahteraan guru. Pemerintah daerah juga harus mengampanyekan dan berupaya mewujudkan kesejahteraan guru. Ini bukan hanya tentang sekolah gratis, tetapi kesejahteraan guru juga harus diwujudkan.

Capaian program

Sejak dilantik pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto terus berupaya mewujudkan kesejahteraan guru. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di bawah kepemimpinan Prof Abdul Mu’ti telah melaksanakan capaian program untuk ikhtiar menyejahterakan guru.

Pertama, peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru dengan alokasi anggaran Rp13,2 triliun. Realisasinya adalah, pertama, tunjangan profesi bagi guru non-ASN masing-masing Rp2 juta yang menyasar lebih dari 785 ribu guru. Kedua, bantuan subsidi upah (BSU) masing-masing Rp300 ribu bagi total 253 ribu guru pendidikan anak usia dini (PAUD) nonformal non-ASN.

Ketiga, memfasilitasi pengembangan karier jenjang pendidikan S1/D4 yang menjangkau 16.197 guru. Keempat, insentif guru non-ASN masing-masing Rp300 ribu per bulan, mulai Juni 2025 diberikan selama tujuh bulan. Dengan demikian, setiap guru mendapat Rp2,1 juta yang disalurkan mulai periode Agustus-September 2025.

Selanjutnya, tunjangan bagi guru ASN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik dengan anggaran Rp70 triliun, ini pun telah dialokasikan. Bentuknya adalah sebagai berikut: Pertama, tunjangan profesi guru (TPG) bagi 1.522.722 guru. Kedua, dana tambahan penghasilan (DTP) untuk 332.170 guru. Ketiga, tunjangan khusus guru (TKG) untuk 62.536 guru.

Ada pula peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, termasuk pemberian beasiswa kepada 12.500 guru pada tahun ini dan 150 ribu guru pada tahun depan. Kemudian, pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk lebih dari 600 ribu guru pada tahun ini dan 808 ribu guru pada tahun depan.

Sepatutnya, para guru mengapresiasi langkah-langkah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan Menteri Dikdasmen Abdul Mu’ti sebagai leading sector. Walaupun capaian kebijakan dan program yang telah dilaksanakan mungkin masih belum sempurna, kita berharap agar tahun depan ikhtiar untuk meningkatkan kesejahteraan guru terus dilakukan. Dengan begitu, guru bisa sejahtera dan siswa meningkatkan prestasinya. Semoga.

*) Wiguna Yuniarsih adalah Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 1 Ciputat, Tangerang Selatan. Ia juga merupakan alumnus Program Pascasarjana Pendidikan IIQ Jakarta.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |