Berwisata Aman di Tengah Ancaman Cuaca Ekstrem Saat Libur Nataru

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 diproyeksikan berlangsung di tengah potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hujan lebat hingga sangat lebat berpeluang terjadi di sejumlah daerah.

Dalam Prospek Cuaca Mingguan periode 26 Desember 2025 hingga 1 Januari 2026, BMKG juga memperingatkan potensi angin kencang serta gangguan atmosfer lain yang diperkirakan berlanjut hingga awal Januari 2026. Kondisi tersebut menuntut kewaspadaan ekstra, khususnya bagi masyarakat yang merencanakan perjalanan wisata.

Pengajar Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Febrian, menegaskan keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam berwisata, terutama saat cuaca tidak bersahabat. Ia menyarankan wisatawan menghindari atraksi luar ruang yang minim tempat berteduh serta memastikan kondisi keamanan destinasi sebelum berangkat.

Febrian menekankan wisatawan wajib mematuhi arahan pemandu maupun petugas destinasi, termasuk larangan beraktivitas jika kondisi dinilai berisiko. “Wisatawan juga sebaiknya mengabari keluarga atau orang terdekat mengenai tujuan serta durasi liburan,” kata Febrian kepada Republika, Senin (29/12/2025).

Ia menyebut perencanaan dan persiapan sebagai kunci utama, terutama bagi wisatawan yang hendak menuju wilayah rawan bencana hidrometeorologi. Wisatawan disarankan rutin memeriksa prakiraan cuaca resmi BMKG melalui aplikasi InfoBMKG atau kanal resmi lainnya sebelum menyusun rencana perjalanan.

Selain itu, pemahaman terhadap rute perjalanan, jalur evakuasi, serta lokasi fasilitas darurat dinilai krusial untuk meminimalkan risiko. Perlengkapan perjalanan juga perlu disesuaikan dengan kondisi cuaca dan karakter destinasi.

Pakaian tahan air dan angin, alas kaki yang sesuai, hingga perlengkapan keselamatan seperti jaket pelindung dan perlengkapan darurat menjadi bagian dari kesiapan dasar yang kerap diabaikan wisatawan. Selama berada di destinasi, Febrian mengingatkan pentingnya memantau perubahan cuaca secara real time.

Cuaca ekstrem dapat berubah cepat dan sulit diprediksi secara visual. Wisatawan diminta menghindari area berisiko tinggi, seperti tebing curam saat hujan, sungai ketika debit meningkat, atau dataran terbuka saat terjadi badai petir. Komunikasi juga harus dijaga tetap aktif, baik melalui ponsel, GPS, maupun perangkat lain agar tetap terhubung dengan kelompok perjalanan atau layanan darurat.

BMKG sebelumnya mengeluarkan peringatan dini hujan lebat hingga sangat lebat di sejumlah wilayah, termasuk Aceh, Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, hingga Papua Selatan. Selain hujan, angin kencang juga berpotensi terjadi di Banten, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua Selatan.

Dinamika atmosfer global dan regional, seperti pengaruh La Niña lemah, seruakan udara dingin dari Asia, serta aktivitas siklon tropis, menjadi faktor pemicu peningkatan cuaca ekstrem tersebut.

Dari sisi transportasi, Febrian menilai pemilihan moda perjalanan sangat berpengaruh terhadap keselamatan wisatawan. Jenis transportasi, kesiapan operator, dan perilaku penumpang menjadi faktor penting, terutama dalam kondisi cuaca ekstrem. Wisatawan diimbau memastikan kendaraan yang digunakan layak jalan dan dilengkapi fasilitas keselamatan, seperti sabuk pengaman, palu pemecah kaca, serta perlengkapan pertolongan pertama.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |