Banjir Peminat, Kenapa Bekam Masih Tergolong Medis Alternatif?

6 hours ago 1

TEMPO.CO, SurabayaBekam sudah lama dikenal sebagai salah satu metode pengobatan alternatif. Cara ini biasa dipakai untuk mengeluarkan darah kotor yang mengandung racun dari kulit. Prosesnya membutuhkan cangkir khusus yang dipanaskan atau divakum, sebelum ditempelkan ke bagian kulit tertentu.

Meski manfaatkan sudah diakui banyak orang, penerapan bekam masih memicu perdebatan di dunia medis. Pengobatan tradisional ini bisa mengurangi nyeri, memperbaiki aliran darah, dan mengontrol peradangan. Namun, hingga saat ini, bekam dianggap belum memiliki protokol medis resmi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Imam Subadi mengatakan bekam sudah menjadi pendekatan medis yang terbukti efektif dalam Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR). Namun, dia mengakui aplikasi teknik tersebut masih penuh tantangan.

“Ada klaim yang berlebihan mengenai manfaat bekam,” kata Imam dalam keterangan tertulis pada Jumat, 23 Mei 2025.

Sebagai pengobatan alternatif, dia menyebut teknik bekam sangat bervariasi. Sebagian terapis bekam kerap menggunakan alat yang tidak disteril sehingga menimbulkan risiko infeksi penyakit.

Imam, yang merupakan Guru Besar Unair Bidang Ilmu Traumatic Brain Injury, Nyeri, dan Neuroplastisitas, menyebut bekam bisa digunakan sebagai terapi tambahan untuk nyeri kronis. Metode itu cocok untuk osteoarthritis, nyeri otot, rehabilitasi pasca stroke, atau cedera olahraga.

“Tentunya harus dilakukan dengan prosedur medis yang aman dan sesuai standar,” ucap Imam.

Dia berharap terapi bekam mendapat perhatian khusus, terutama dalam hal penyusunan prosedur dan penjaminan keamanan. Agar bisa menjadi layanan kesehatan formal, kata dia, para praktisi bekam bisa berinisiatif membuat pedoman klinis, pelatihan dan sertifikasi tenaga medis, serta penelitian lanjutan. Hasilnya harus diintegrasikan ke sistem kesehatan nasional.

Imam menambahkan bahwa bekam berpotensi besar menjadi bagian dari dunia kedokteran modern. “Tidak hanya sebagai warisan budaya, tapi juga terapi yang ilmiah, aman, dan bermanfaat,” kata dosen berusaha 64 tahun ini.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |