TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid menyebutkan tiga faktor pemicu longsor di lokasi Tambang Galian C Gunung Kuda di Kabupaten Cirebon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kemiringan lereng tebing yang sangat terjal lebih dari 45 derajat, lokasi gerakan tanah berada di area tambang terbuka dengan metode penambangan teknik under cutting, dan kondisi tanah pelapukan dan litologi batuan yang labil,” kata Wafid dalam keterangannya pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Wafid mengatakan longsor yang terjadi diperkirakan berupa longsoran batu dan tanah. “Jenis bencana gerakan tanah/tanah longsor yang terjadi diperkirakan berupa longsoran atau runtuhan bahan rombakan (batu dan tanah) yang dipicu kemiringan lereng yang sangat terjal dan gangguan pada lereng akibat pemotongan lereng,” kata dia.
Wafid mengatakan, berdasarkan “Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa” yang diterbitkan Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, tahun 2011, batuan penyusun pada lokasi bencana masuk dalam satuan batuan terobosan Andesit Hipersten (Hya) yang memiliki komposisi mineral hipersten, plagioklas dan sedikit kuarsa.
Peta prakiraan wilayah terjadinya gerakan tanah provinsi pada Mei 2025 yang diterbitkan Badan Geologi juga menempatkan lokasi bencana tersebut dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. “Artinya daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” kata Wafid.
Dalam rekomendasi teknisnya, Badan Geologi merekomendasikan agar warga yang tinggal di dekat lokasi bencana untuk segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman karena ancaman longsor susulan. “Daerah terebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsor susulan,” kata Wafid.
Wafid mengatakan Badan Geologi menyarankan pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi untuk meningkatkan kewaspadaan. Penanganan longsor untuk evakuasi atau pencarian korban tertimbun agar memperhatikan cuaca dan lereng terjal serta tidak dilakukan saat dan setelah hujan deras karena masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan yang bisa membahayakan petugas.
“Melakukan pemantauan secara rutin agar bisa mendeteksi lebih dini terkait potensi gerakan tanah atau longsor,” kata dia.
Tanah longsor di lokasi Galian Tambang Gunung Kuda di Desa Cipanas, Kecamatan Duupuntang, Kabupaten Cirebon terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025, sekitar pukul 10.00 WIB. Bencana longsor tersebut menyebabkan 14 orang meninggal, sejumlah korban luka-luka, serta delapan orang diperkirakan masih tertimbun material longsor. Longsor juga menyebabkan sejumlah kendaraan truk rusak karena tertimbun material longsor.