TEMPO.CO, Jakarta - Mila, 25 tahun, mulai berinvestasi emas sejak awal tahun. Perempuan ini memilih logam mulia karena dinilai lebih menguntungkan ketimbang investasi lain seperti perhiasan atau deposito.
“Daripada deposito lebih memilih logam mulia karena, kan, (nilainya) naik lumayan signifikan sekarang. Jadi daripada harganya keburu melejit, lebih baik beli sekarang saja sebelum harganya lebih tinggi lagi,” ucap Mila kepada Tempo ketika ditemui di toko emas Anugrah di ITC BSD, Tangerang Selatan, Kamis, 1 Mei 2025. Oleh karena itu, Mila menyisihkan pendapatannya untuk membeli logam mulia setiap dua bulan sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lilly yang berusia 65 tahun juga mengatakan sudah membeli emas batangan beberapa hari yang lalu. Menurut dia, investasi emas batangan lebih menguntungkan dibandingkan perhiasan karena harganya lebih tinggi ketika dijual kembali.
Pada hari itu, Lilly mengunjungi toko emas bukan untuk membeli logam mulia, melainkan menjual perhiasan emas yang dimilikinya. “Saya kebetulan punya banyak perhiasan emas yang enggak terpakai, jadi karena sekarang harganya lagi bagus saya lepas saja. Mungkin uangnya lebih bisa berguna (untuk kebutuhan lain),” katanya.
Lilly bercerita, dulu dia membeli emas kawin 25 gram dengan harga Rp 375 ribu pada 1989. Namun sekarang, satu gram bisa dibanderol dengan harga Rp 1,3 juta. Harga emas yang melonjak mendorong dia untuk menjual perhiasannya. Sehingga, uang dari penjualan itu bisa dia gunakan sewaktu-waktu apabila ada kebutuhan tak terduga.
Selama bulan April 2025, harga emas keluaran PT Aneka Tambang atau Antam melonjak signifikan. Harga emas bahkan sempat menembus Rp 2.039.000 per gram pada Selasa, 22 April 2025. Namun, harga emas mengalami penurunan menjadi Rp 1.912.000 per gram pada hari ini, Jumat, 2 Mei 2025. Menyitir laman Logam Mulia, terjadi penurunan sebesar Rp 20.000 dari harga sebelumnya yaitu Rp 1.932.000 pada Kamis, 1 Mei 2025.