Kereta cepat Whoosh saat berhenti di Stasiun Whoosh Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (24/12/2024). Stasiun Whoosh Karawang mulai dioperasikan dengan melayani 20 jadwal kereta dan ditargetkan dapat menambah jumlah penumpang 3.000-5.000 per hari dari total saat ini yang mencapai 20.000 penumpang per hari.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merespon soal proses penyelidikan dugaan korupsi proyek kereta cepat atau Whoosh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KCIC tak mempermasalahkan upaya hukum yang ditempuh oleh KPK.
"Prinsipnya KCIC koperatif," kata General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Eva Chairunisa kepada Republika, Selasa (28/10/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Eva menyampaikan KCIC menghargai penyelidikan yang dilakukan KPK. Sebab hal itu merupakan ranah kewenangan KPK guna mendalami dugaan korupsi.
"KCIC menghormati semua proses yang dijalanakan KPK," ujar Eva.
Diketahui, KPK mengakui dugaan mark up proyek kereta cepat Whoosh sudah masuk dalam penyelidikan. Tapi KPK belum mau memerinci sudah sejauh mana proses penyelidikannya.
KPK mengklaim penyelidikan ini sudah dilakukan sejak awal 2025. Dengan begitu, KPK mensinyalkan penyelidikan dilakukan sebelum viral dugaan mark up itu.
Sebelumnya, mantan Menko Polhukam, Mahfud MD menyentil dugaan mark up proyek Whoosh dalam akun YouTube Mahfud MD Official. Mahfud mengendus adanya selisih antara biaya pembangunan versi Indonesia dan versi China.
Mahfud menyebut kalkulasi versi Indonesia di angka sekitar 52 juta dolar AS per kilometer. Padahal dari hitungan pihak China hanya sekitar 17–18 juta dolar AS per kilometer. Oleh karena itu, Mahfud mencurigai kenaikan tiga kali lipat dari biaya yang mestinya dikucurkan.
Mahfud mengatakan kalau KPK berniat menyelidiki soal Whoosh, KPK tak usah menunggu laporan darinya. Menurut Mahfud, KPK cukup memanggilnya untuk dimintai keterangan.

3 hours ago
4










































