REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap krisis lingkungan, Yogyakarta kembali menunjukkan perannya sebagai pusat kreativitas dan inovasi berkelanjutan. Melalui Jogja Eco Style (JES) 2025, kota budaya ini siap menjadi panggung utama bagi transformasi industri fesyen menuju arah yang lebih hijau dan beretika.
Diselenggarakan oleh Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) bersama Loman Park Hotel dan UNESCO, Jogja Eco Style (JES) 2025 berlangsung pada 25–26 Oktober 2025, pukul 10.00–18.00 WIB, di Lobby Loman Park Hotel, Yogyakarta. Selama dua hari penyelenggaraan, JES 2025 menghadirkan pameran fesyen ramah lingkungan, lokakarya ecoprint, talkshow bersama desainer Poppy Dharsono, serta puncak AEPI Fashion Festival (AFF) ke-4 bertema 'Threads of Earth' yang menampilkan karya desainer lokal dan internasional.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Ketua Pelaksana JES 2025, Puthut Ardianto, menjelaskan bahwa, tema 'Threads of Earth' dipilih untuk menggambarkan benang-benang kehidupan yang menyatukan manusia, alam, dan budaya dalam harmoni keberlanjutan.
“Di tengah gemerlap industri mode dunia yang ternyata menjadi salah satu penyumbang terbesar polusi global, JES 2025, hadir menawarkan solusi nyata. Melalui JES 2025, kami ingin menunjukkan bahwa fesyen bisa menjadi sarana perubahan, bukan sekedar konsumsi,” ujarnya, Kamis (23/10/2025).
Kehadiran UNESCO sebagai mitra resmi menegaskan bahwa JES 2025 tidak sekedar festival lokal, melainkan bagian dari gerakan global menuju ekonomi kreatif yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pembina AEPI, Fitriani Kuroda, menegaskan bahwa kolaborasi ini menempatkan Yogyakarta di peta dunia sebagai kota pelopor eco fashion.
“Kolaborasi ini memperkuat misi kita untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal ke dalam praktik bisnis yang bertanggung jawab. JES akan menjadi agenda tahunan yang memperkuat para desainer, pengrajin, dan pencipta lingkungan untuk berbagai pengetahuan dan inspirasi,” ungkapnya.
Salah satu sorotan JES 2025 adalah penerapan teknik ecoprint, yaitu metode pewarnaan alami menggunakan dedaunan, bunga, dan akar untuk menciptakan motif unik tanpa limbah kimia. Dalam semangat slow fashion, JES 2025 juga menekankan proses produksi yang beretika dengan prinsip zero waste dan penggunaan bahan organik ramah lingkungan.
“Melalui JES, kami ingin menunjukkan bahwa setiap pakaian memiliki cerita dan nilai, bukan sekadar mengikuti tren," ujar Co-Founder JES sekaligus Managing Director Loman Park Hotel, Handono S. Putro.
Ia menambahkan, JES 2025 bukan sekedar perhelatan mode, tetapi ajakan untuk berpartisipasi dalam perubahan. Acara ini terbuka untuk masyarakat umum, mulai dari pelaku industri kreatif, mahasiswa, hingga komunitas pecinta bumi.
“Kami berharap JES bisa menginspirasi gerakan baru di dunia mode Indonesia dari konsumsi menuju kesadaran, dari tren menuju nilai," ungkapnya.
Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, Jogja Eco Style 2025 bukan hanya menampilkan keindahan busana, tetapi juga menghadirkan harapan baru bahwa fesyen bisa menjadi bahasa universal untuk merawat bumi dan memperkuat identitas budaya.

3 hours ago
3






































