UAS Angkat Bicara soal Polemik PBNU

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ustadz Abdul Somad (UAS) angkat bicara terkait polemik yang belakangan mencuat di tubuh organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Melalui akun Instagram pribadinya, penceramah yang pernah menjabat Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Riau 2009–2014 itu mengingatkan publik bahwa NU tidak bisa hanya dibaca melalui kacamata administrasi organisasi semata.

Menurut UAS, perdebatan publik yang menyoroti Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) hingga urusan pencatatan di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) kerap melupakan satu hal mendasar, yakni NU memiliki karakter khas yang hanya dipahami oleh para pengamal tradisi pesantren.

“Mereka mungkin pakar hukum dan ahli organisasi, tapi mereka tidak mengerti NU,” tulis UAS dikutip dari Instagram pribadinya, Jumat (12/12/2025. 

Ia mencontohkan bagaimana pesantren NU yang memiliki puluhan ribu santri justru dikelola para kiai bersarung yang jauh dari teori manajemen modern. Ketika ditanya rahasia keberhasilan pesantren, sang kiai hanya menjawab sambil tersenyum: “Sholawat sing akeh" yang artinya hanya memperbanyak sholawat. 

Menurut UAS, itulah wajah NU—organisasi yang bertahan bukan karena tata kelola ala korporasi, melainkan kekuatan spiritual para kiai. Ia membandingkan dengan mereka yang memiliki keahlian manajemen modern, namun kesulitan mempertahankan lembaga kecil seperti Rumah Qur’an.

"Sementara yang master manajemen, nyoba buat Rumah Qur'an, santri dua puluhan, bulan pertama grand opening, bulan berikutnya tinggal pening," kata UAS.

Ia pun mengungkapkan keberadaan para kiai yang tidak aktif di media sosial, tidak tampil di televisi, dan tidak mengikuti teknik komunikasi publik. Meski demikian, menurut UAS, sosok-sosok seperti itu justru memiliki pengaruh yang luas.

“Viralnya seperti pakai pengembang campur pengawet. Itu hanya ada di NU,” ujarnya, menyindir maraknya popularitas artifisial di dunia dakwah digital.

Ia menegaskan, di atas perangkat organisasi, masih ada hierarki spiritual dalam NU, yakni para kiai, kiai khos, hingga kiai mastur atau para tokoh yang tidak dikenal publik namun “viral di langit” karena kedalaman tirakat dan riyadhah mereka. 

“Di atas kyai-kyai Khos masih ada Kyai-kyai mastur (tertutup), lawan dari masyhur. Mereka yang viral di langit karena tirakat dan riyadhohnya. Itu makna ungkapan mereka, 'NU milik Allah',” jelasnya.

Dalam unggahannya, UAS juga mengutip pesan-pesan hikmah untuk meredam kegaduhan di media sosial. Ia menyebut ungkapan Lao Tzu: “Yang bicara belum tentu faham, yang faham belum tentu bicara.” 

UAS pun mengibaratkan fenomena yang ada di Mesir, dimana ada seorang doktor yang mampu mengomentari semua pertandingan sepak bola, tapi ia justru tidak pernah bermain bola.

"Di Mesir ada DR 'Ala, S3 bola. Semua permainan sepak bola dikomentari DR ‘Ala. Dari Ahli dan Zamalek hingga Manchester United dan Liverpool. Tapi, DR 'Ala tidak pernah main bola. Tapi, DR 'Ala tidak pernah main bola," tulis UAS 

Mengutip pernyataan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, UAS pun mengingatkan agar lisan tidak digunakan untuk memperuncing konflik. 

“Allah sudah menyelamatkan pedang kita dari konflik Shiffin, maka jangan kotori lisan kita,” ungkapnya.

Di bagian akhir, ia menyampaikan pesan tentang ketetapan dan takdir, mengutip KH Dimyati Romli, yaitu “Podo kabeh wis ono tulisane". Ia juga mengutip ungkapan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid yang masyhur, “Gitu aja kok repot.”

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |