Tingkatkan Pemahaman Krisis Iklim dengan Musik dan Cerita

1 day ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi soal krisis iklim tidak melulu melalui sains dan kebijakan, Anda juga bisa menjelaskannya dengan cerita yang menggugah. Di Indonesia, sekelompok musisi, kreator konten dan budayawan membuktikan bahwa pesan soal iklim yang paling kuat kerap datang melalui musik, berbagi pengalaman, dan budaya sehari-hari.

Jaringan global yang berlandaskan budaya dari Indonesia, Brasil, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Inggris bernama Verified Champions berkolaborasi dengan Indonesia Climate Communications, Arts and Music Lab (IKLIM) menggaungkan betapa musik dan cara bercerita bisa mempengaruhi pemahaman publik terhadap krisis iklim. Di ajang ini Robi Navicula dan para inisiator IKLIM berbagi pengalaman betapa gerakan budaya bisa meningkatkan kesadaran akan isu iklim dengan cara yang relevan secara emosional dan lokal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Seni dan musik itu masuk langsung ke hati. Ketika kita berbicara mengenai isu iklim dalam lirik dan pertunjukkan, itu bukan lagi edukasi – tetapi sudah jadi seruan untuk sadar dan beraksi,” ujar Robi Navicula, vokalis band asal Bali yang juga aktivis lingkungan dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada akhir Mei 2025.

Musik, menurut Robi, bisa membangun gerakan masyarakat. “Kita tidak hanya menyanyikan lagi, kita membangun gerakan,” katanya.

Pelaku gerakan inisiatif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Purpose bernama Verified for Climate serta IKLIM setuju dengan Robi. Cerita alias storytelling adalah kunci untuk menyambungkan masyarakat dengan fakta, dan menginspirasi aksi iklim. Para Verified Champions menggunakan platform sosial media seperti TikTok untuk menceritakan isu iklim yang penuh harapan, personal dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sementara IKLIM menggunakan musik, seni dan ritual budaya demi mendapatkan hubungan emosional yang kuat dengan alam.

“Kami percaya perubahan iklim tidak hanya isu lingkungan, tetapi juga isu budaya,” ujar Saraswati dari IKLIM, yang juga bekerja di Kopernik. “Tradisi, seni dan nilai spiritual yang kita punya bisa memandu kita mengatasi krisis iklim. Tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara emosional dan kebersamaan.”

Pendekatan itu dibuktikan di Festival Semarapura di Klungkung. Verified Champions bergabung dengan masyarakat setempat untuk mengeksplorasi hubungan keduanya di perayaan tersebut. Persinggungan antara budaya, pariwisata, dan keberlanjutan hadir nyata dalam Festival Semarapura di Klungkung, saat para Verified Champions bergabung dengan masyarakat lokal untuk merayakan warisan budaya Bali sekaligus menghadapi tantangan ekologis yang mendesak.
 
Festival ini menampilkan pertunjukan musik, pameran kreatif, dan narasi sadar iklim — semua berakar pada identitas Bali. Festival ini menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan inovasi dapat bersatu untuk membangkitkan kesadaran dan aksi iklim. “Kolaborasi antara para kreator muda dan tokoh budaya membawa energi baru dalam upaya keberlanjutan kita,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung Ni Made Sulistiawati . “Acara seperti ini mengingatkan kita bahwa menjaga lingkungan bukan hal yang terpisah dari budaya — justru menjadi bagian dari jati diri kita.”

Para Verified Champions mendokumentasikan pengalaman mereka di Bali dengan menciptakan konten digital yang menyoroti solusi iklim lokal — dari ruang kreatif hingga inisiatif keberlanjutan berbasis komunitas. Cerita-cerita ini kini tersebar di berbagai platform media sosial, membuktikan bahwa pesan iklim yang berakar pada kebanggaan budaya dan kearifan lokal mampu menjangkau dan menyentuh khalayak yang luas. “Sangat mengesankan melihat bagaimana musik dan cerita komunitas bisa membuka hati orang terhadap isu iklim. Saya diingatkan bahwa konten digital tidak harus mewah — yang penting adalah kejujurannya,” kata Vania Herlambang, salah satu peserta Verified Champion.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |