Semangat KAA Masih Hidup, DPRD DIY Minta Perjuangan Antikolonial Terus Digelorakan

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kunjungan Komisi A DPRD DIY ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Jumat (12/12/2025), menjadi ruang refleksi sekaligus pembelajaran untuk menegaskan kembali nilai-nilai antikolonialisme yang diwariskan para pendiri bangsa dan negara-negara Asia-Afrika pada tahun 1955. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengajak memaknainya sebagai pengingat bahwa perjuangan melawan penjajahan belum tuntas dan masih relevan untuk diperjuangkan hingga hari ini, termasuk dalam konteks dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.

Kunjungan dalam rangkaian perjalanan 'sinau sejarah' ini merupakan upaya menghidupkan kembali spirit perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan, sebagaimana ditegaskan dalam KAA. Eko menilai nilai-nilai itu seharusnya menjadi acuan pemerintah dalam menjaga republik dan memperjuangkan keadilan global.

"Perjuangan melawan penjajah masih sangat relevan hari ini. Komisi A punya komitmen untuk menjaga Republik Indonesia, merawat Republik Indonesia sekaligus berjuang untuk memakmurkan rakyat menuju keadilan dan bersama sama mewujudkannya di dunia," ujar Eko seusai kunjungannya di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Jumat (12/12/2025).

Eko menyampaikan perjuangan melawan penjajahan bukan sekadar catatan sejarah, tetapi mandat yang harus terus dijalankan pemerintah dan bangsa Indonesia. Ia menyebut perjalanan belajar sejarah ini menjadi pengingat agar negara tidak meninggalkan semangat dasar kemerdekaan.

Saat menyinggung sejarah KAA yang menghadirkan 29 negara delegasi, Eko mengingatkan bahwa Palestina merupakan salah satu peninjau pada konferensi tersebut. Dalam kesempatan ini, Eko sempat menyinggung terkait kemerdekaan Palestina. Ia menyebut, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan sikap tegas dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa itu. Yogyakarta juga didorong terus berkontribusi di dalamnya.

"Jogja itu kan rumah dunia tidak hanya rumah orang Jogja saja. Berbagai suku bangsa ada di Jogja, berbagai warga dunia juga ada di Jogja. Maka dari Jogja kita perjuangkan termasuk kemerdekaan Palestina," ucapnya.

"Perjuangan untuk kemerdekaan Palestina ini menjadi bagian dari komitmen kita berbangsa dan bernegara dan tentu saja kita akan terus berjuang," kata dia menambahkan.

Kepala Seksi Publikasi Promosi Nilai-Nilai KAA (PPNKAA) Kemenlu, Christofus Katon Bagaskoro, menceritakan museum berada di bawah Kementerian Luar Negeri ini dikelola untuk mempertahankan semangat anti-penjajahan yang dulu diperjuangkan bersama oleh negara-negara Asia-Afrika.

"Museum ini kami kelola untuk mempertahankan nilai-nilai KAA," katanya.

Ia memaparkan betapa besar perhatian dunia kepada KAA pada masa itu juga mengingatkan bahwa Dasasila Bandung yang lahir dari KAA tetap relevan sebagai rujukan moral hubungan antarbangsa.

"Ada 23 negara Asia dan 6 Afrika, semuanya menggalang kebersamaan. Sebanyak 366 jurnalis dunia hadir dan KAA menjadi headline internasional," ungkap dia.

"Tentunya banyak yang bisa dimaknai, mulai dari penghormatan HAM, kesetaraan, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama internasional adalah nilai utamanya. Tidak ada hal yang lebih penting daripada menjaga perdamaian dunia," ucap dia.

Jogja Diajak Jaga Warisan Sejarah

Senada, Wakil Ketua Komisi A DPRD DIY, Hifni Muhammad Nasikh, menyebut ada banyak hal yang bisa dipelajari dan dibawa ke Yogyakarta dari Museum KAA ini. Menurutnya, kunjungan ke Gedung Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung bukan sekadar napak tilas sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi Yogyakarta dalam menjaga dan mengembangkan warisan sejarahnya.

Komisi A menilai, pengelolaan Museum KAA yang mampu menyatukan nilai sejarah, riset, dan pariwisata dapat menjadi contoh bagi DIY yang memiliki rekam jejak sejarah sangat panjang dan penting dalam perjuangan bangsa. Menurut Hifni, keistimewaan Yogyakarta tidak sekadar terletak pada struktur pemerintahannya, tetapi juga pada warisan sejarah perjuangan yang melekat dari masa pergerakan nasional hingga mempertahankan kemerdekaan.

Karena itu, model pengelolaan museum seperti Museum KAA dapat menjadi inspirasi bagi DIY untuk mengembangkan ruang-ruang edukasi sejarah agar lebih hidup, modern, dan relevan dengan generasi saat ini.

"Jogja tidak bisa lepas dari kemerdekaan sejarahnya dan banyak lahir organisasi pergerakan pemuda pemuda ini dari Jogja. Sehingga ini penting sekali untuk Jogja sebagai simbol perjuangan untuk kita kuatkan," ujarnya.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |