Sederet Pernyataan Abdul Mu'ti soal AI dan Koding Masuk Kurikulum Sekolah

4 hours ago 2

KEMENTERIAN Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyatakan mata pelajaran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan koding akan menjadi bagian dari kurikulum sekolah mulai tahun ajaran 2025/2026. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menuturkan AI dan koding bukan termasuk mata pelajaran wajib melainkan mata pelajaran pilihan.

“Kurikulum AI dan koding itu, kami sudah selesai naskah akademiknya, sudah selesai juga capaian pembelajarannya. Sekarang sedang dalam proses untuk penerbitan peraturan menterinya,” kata Abdul Mu’ti di sela-sela acara perayaan Hari Pendidikan Nasional bersama Google dan YouTube di kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Mei 2025.

Sebelumnya, Mu’ti menyebutkan rancangan peraturan menteri mengenai pembelajaran AI dan koding sedang dalam proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan kementerian terkait lainnya. Dia menilai pembelajaran berkaitan dua materi tersebut penting, bahkan harus diberikan sejak jenjang sekolah dasar. 

“Tentu saja penguasaan teknologi itu penting, bahkan memang harus, tetapi penggunaannya tentu harus dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif, yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” kata Mu’ti dalam konferensi pers di Jakarta pada 2 Februari lalu.

Dia menyebut usulan rencana tersebut telah didukung penuh oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) dalam upaya literasi digital. Kedua kementerian sepakat bersinergi dalam mewujudkan generasi yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk hal-hal positif.

Berikut pernyataan Mendikdasmen Abdul Mu’ti perihal mata pelajaran koding dan AI, yang akan menjadi mata pelajaran pilihan mulai kelas 5 SD hingga SMA pada semester depan.

Peraturan tentang Kurikulum Koding dan AI dalam Tahap Harmonisasi

Abdul Mu'ti mengatakan kurikulum AI dan koding akan segera direalisasikan, hanya menunggu dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen). Dia mengatakan peraturan tentang kurikulum koding dan AI masih dalam tahap harmonisasi oleh Kementerian Hukum.

“Koding dan artificial Intelligence sudah selesai, capaian pembelajaran juga sudah selesai, uji publiknya juga sudah selesai, sekarang tinggal menunggu terbitnya peraturan menteri setelah ada harmonisasi dari Kementerian Hukum,” kata dia saat ditemui usai kegiatan Denpasar Education Festival di Denpasar, Bali, Kamis, 8 Mei 2025, seperti dikutip dari Antara.

Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu menuturkan, setelah melalui proses harmonisasi dari Kementerian Hukum, pembelajaran tentang koding dan AI akan segera diterapkan pada tahun ajaran baru 2025/2026.

Penggunaan AI dalam Pendidikan Diiringi Kesalehan Digital

Dalam kesempatan itu, Mu'ti menyebutkan penggunaan AI di sektor pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan digital, tetapi juga perlu dibarengi dengan kesalehan digital.

“Istilahnya kita mengajarkan mereka dengan kemampuan digital sekaligus juga kesalehan digital agar teknologi ini tidak disalahgunakan, tetapi digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat,” tuturnya.

Mu’ti pun menanggapi kehadiran tokoh filantropis sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates, yang mendorong penggunaan AI dalam sektor pendidikan di Indonesia. Dia mengaku belum mengetahui secara detail pembicaraan Bill Gates dengan Presiden Prabowo Subianto pada Rabu, 7 Mei 2025, di Jakarta.

Namun Mu'ti ingin AI dapat digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab. “Memang (kita) ingin penggunaan AI ini bisa luas, tetapi tentu harus kita sertai dengan tidak sekadar kemampuan penggunaannya, tetapi juga bagaimana mereka menggunakan dengan bertanggung jawab,” kata dia.

Dia juga menyampaikan peluang bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Google terbuka lebar untuk melatih para tenaga kependidikan di Indonesia. Apalagi, sudah ada pelatihan bagi para pendidik di beberapa tempat, seperti Semarang dan Jakarta beberapa waktu lalu. 

Kelebihan dan Kelemahan AI dalam Pendidikan

Mu’ti menilai AI memiliki potensi besar dalam mendukung proses belajar mengajar. Namun dia menekankan pentingnya penggunaan AI yang terarah dan tetap diselaraskan dengan metode pembelajaran lainnya.

Menurut Mu’ti, AI bisa menjadi metode yang menarik dalam pengajaran. Dia mencontohkan seorang guru Bahasa Inggris yang memanfaatkan teknologi ini untuk membuat proses belajar lebih interaktif.

“Selain menjadi sebuah metode yang menarik, kelebihan dari AI adalah bisa memberikan layanan pendidikan yang cepat karena akselerasi. Akses itu bisa diperoleh murid dibanding dengan dia membaca buku,” ujarnya di kantor Kemendikdasmen, Rabu.

Meski demikian, Abdul Mu’ti juga mengingatkan AI memiliki kelemahan yang perlu diwaspadai karena aksesnya dengan mudah dan cepat tersebut. “Kelemahannya ada dua. Yang pertama, bisa jadi informasi yang diperoleh itu belum tentu informasi yang benar, sehingga memang penggunaan AI ini tetap perlu dipandu oleh para guru,” katanya.

Selain risiko disinformasi, Mu’ti juga menyoroti potensi ketergantungan pada teknologi yang dapat melemahkan pembelajaran aktif. Untuk itu, siswa tetap perlu didorong membaca buku, baik cetak maupun digital, serta mengikuti pembelajaran kontekstual, seperti permainan atau pengenalan benda-benda sekitar untuk memahami konsep matematika.

“Tadi dicontohkan ada permainan yang mengkontekstualisasikan materi-materi pelajarannya dengan kehidupan sehari-hari, atau bagaimana mengajarkan matematika dengan mengenalkan berbagai benda yang ada di sekitar murid, kemudian dijelaskan bagaimana hubungan benda-benda itu dengan ilmu-ilmu atau rumus-rumus atau teori di dalam matematika,” tuturnya.

Defara Dhanya, Hanin Marwah, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Mengapa Menteri HAM Tak Persoalkan Dedi Mulyadi Kirim Anak Nakal ke Barak

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |