REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Palestina peraih Oscar, Basel Adra, mengatakan bahwa rumahnya di wilayah Tepi Barat digerebek oleh tentara Israel pada Sabtu. Penggerebekan itu terjadi ketika ia sedang berada di rumah sakit mendampingi dua saudara lelaki dan satu sepupunya yang terluka akibat serangan pemukim Israel.
Adra, yang dikenal luas sebagai sutradara "No Other Land", mengatakan bahwa sembilan tentara Israel mendatangi rumahnya dan mencari keberadaannya. Para tentara juga menanyai sang istri, Suha, dan memeriksa isi ponselnya. Militer Israel bahkan sempat menahan paman Adra dalam penggerebekan tersebut.
Menurut Adra, hingga Sabtu malam ia tidak dapat kembali ke rumahnya karena jalan masuk ke desa diblokade tentara. la juga khawatir akan ditahan jika memaksa kembali. "Sistem ini dibangun untuk menakut-nakuti kami, untuk membuat kami hidup dalam ketakutan. Bahkan jika hanya merekam aksi para pemukim, tentara akan mengejar dan menggerebek rumahmu," kata Adra seperti dilansir AP, Ahad (14/9/2025).
Sementara itu, militer Israel mengklaim kehadiran pasukannya di desa tersebut sebagai respons atas insiden pelemparan batu oleh warga Palestina yang menyebabkan dua warga sipil Israel terluka. Pasukan disebut masih berada di lokasi untuk melakukan pencarian dan interogasi.
Namun, menurut rekan sutradara Adra, Yuval Abraham, pola kekerasan yang terjadi telah berulang. "Pemukim Israel menyerang desa Palestina dengan brutal, lalu tentara datang dan justru menyerang warga Palestina," tegas Abraham.
Basel Adra telah lama mendokumentasikan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel di kampung halamannya di wilayah Masafer Yatta, Tepi Barat selatan. la mengatakan bahwa sejak "No Other Land" memenangkan Oscar untuk Film Dokumenter Terbaik pada 2025, dirinya dan para rekan seniman kian menjadi target.
Film tersebut menggambarkan perjuangan warga Masafer Yatta melawan rencana pengusiran oleh militer Israel. Film ini merupakan kolaborasi langka antara sineas Palestina dan Israel, yang juga disutradarai oleh Hamdan Ballal, Yuval Abraham, dan Rachel Szor.
Wilayah Masafer Yatta telah diduduki oleh militer Israel sebagai zona latihan tembak sejak 1980-an. Sekitar 1.000 penduduk, yang sebagian besar merupakan komunitas Badui Arab, masih bertahan di wilayah tersebut meski sering menghadapi penggusuran rumah, perusakan tenda, tangki air, hingga kebun zaitun oleh pasukan Israel.
Sejak pecahnya perang di Gaza, kekerasan di Tepi Barat turut meningkat. Ratusan warga Palestina dilaporkan tewas dalam operasi militer Israel, sementara serangan oleh pemukim terhadap warga Palestina juga melonjak tajam. Di sisi lain, terdapat pula peningkatan serangan terhadap warga Israel oleh kelompok Palestina.