TEMPO.CO, Jakarta - Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengerahkan 64 mobil tangki untuk memenuhi pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah Bengkulu. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kelancaran distribusi energi di tengah gangguan pasokan melalui jalur laut.
BBM untuk Bengkulu kini dipasok dari tiga titik, yakni Teluk Kabung, Sumatera Barat (waktu tempuh 26 jam), Lubuk Linggau (12 jam), dan Lampung yang menyuplai wilayah Bengkulu Selatan (18 jam).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berkomitmen penuh menjaga pasokan energi di Bengkulu dan terus memaksimalkan distribusi hingga situasi kembali stabil," ujar Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 29 Mei
Selain mengoptimalkan armada mobil tangki, Indrawan mengatakan pihaknya juga memperpanjang jam operasional Fuel Terminal yang kini beroperasi 24 jam. Hal itu guna mempercepat penyaluran ke seluruh wilayah Bengkulu.
Dia pun mengimbau masyarakat tidak membeli BBM secara berlebihan dan tetap tenang. Nikho berharap kondisi di Pelabuhan Pulau Baai segera membaik agar jalur distribusi laut bisa kembali normal.
Pengiriman BBM melalui jalur darat ke Bengkulu dipicu karena pendangkalan air di dermaga Pelabuhan Baai dalam beberapa hari terakhir. Akibatnya kapal yang mengangkut BBM untuk wilayah di pesisir barat Sumatera bagian selatan ini tidak bisa bersandar di dermaga.
Kondisi tersebut menyebabkan kelangkaan BBM dan memicu lonjakan harga. Bahkan, di sejumlah daerah di Bengkulu, BBM sudah tembus di angka Rp 30 ribu per liter. Hal ini di antaranya disebutkan oleh anggota DPRD Kabupaten Seluma, Bengkulu, Febrinanda Putra Pratama.
"Di beberapa wilayah, harga eceran BBM bahkan tembus Rp 30 ribu per liter, angka yang sangat mencekik bagi masyarakat kecil, nelayan, petani, hingga pelaku usaha lokal," kata dia di Bengkulu, Ahad, 26 Mei 2025, seperti dikutip dari Antara.
Febrinanda menyatakan telah mendengar langsung keluhan dari warga, sopir angkutan, nelayan, hingga pelaku UMKM yang mengaku kesulitan menjalankan aktivitas karena terbatasnya pasokan BBM dan mahalnya harga.
Ia pun meminta Bupati hingga pejabat di Dinas Perdagangan hingga Pertamina untuk menyelesaikan masalah tersebut. "Saya juga mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk meninjau kembali distribusi BBM di daerah, khususnya ke wilayah-wilayah terpencil seperti Kabupaten Seluma. Kami tidak ingin masyarakat terus menjadi korban," ucapnya.