Pemerintah Kembangkan Infrastruktur Gas Nasional untuk Genjot Pasokan

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Harian (Plh) Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengatakan pemerintah berupaya mencukupi kebutuhan gas nasional dengan memaksimalkan eksplorasi sumber pasokan baru. Ia menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur pipa gas. "Saat ini, terdapat beberapa jalur yang belum terhubung, seperti jalur Sumatera Utara–Riau, Cirebon–Semarang Tahap 2, dan West Natuna Transportation System (WNTS) ke Batam dan Pulau Pimpin," ujar Tri dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa, 29 April 2025.

Ia menjelaskan, infrastruktur yang sudah tersedia meliputi jaringan pipa transmisi dan sejumlah terminal LNG seperti Arun Regasification, FSRU Lampung, FSRU Nusantara Regas, dan FSRU Benua. Fasilitas LNG di Badak, Donggi Senoro, dan Tangguh juga mendukung distribusi gas nasional.

Menurutnya, pasokan gas bumi yang tersedia telah mempertimbangkan beberapa wilayah kerja (WK), termasuk WK Gebang yang mengintegrasikan Angkor dan Cangan, serta pengembangan lapangan abadi di WK Masela, Gendang Gendola, Gendalu, Geng Not, Tuna, dan Anambas.

Tri melanjutkan, potensi tambahan pasokan dari eksplorasi gas mencakup pasokan dari klaster Andaman. “Klaster Andaman akan mulai beroperasi pada 2030, dengan target mencapai sekitar 500 MMSCFD pada tahun 2034," ujarnya.

Dari sisi kebutuhan, permintaan gas bumi di berbagai sektor akan terus meningkat hingga 2035. Kebutuhan ini terutama datang dari sektor kelistrikan dan industri pupuk. "Pemenuhan kebutuhan gas bumi akan dilakukan melalui pipa gas dan juga menggunakan LNG," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, penggunaan LNG, akan mencakup pembangkit listrik di Sumatera Utara, Jawa Barat, PLTG Pesangan di Bali, serta pembangkit gas PLN di Sulawesi, NTT, NTB, Maluku, dan Papua. Sedangkan permintaan gas melalui pipa akan melayani industri pupuk seperti Indonesia Bintuni, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada 2029, petrokimia Masela pada 2030, dan pengembangan PIM-3 pada tahun yang sama.

Tri menjelaskan pemerintah telah menyusun peta Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2024–2033. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 173 Tahun 2024, rencana ini terbagi dalam enam region. Region pertama meliputi Aceh dan Sumatera Utara.

Region kedua mencakup Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jakarta, dan Jawa Barat. Region ketiga adalah Jawa Tengah, sedangkan region keempat mencakup wilayah Jawa Timur. Region kelima meliputi Kalimantan dan Bali, dan terakhir, region keenam terdiri dari Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Selain itu, untuk penyediaan listrik, PT PLN merencanakan konversi pembangkit listrik berbahan bakar diesel menjadi LNG, sebagaimana tertuang dalam surat PLN EP No. 2539 Tahun 2025. "Lokasi pembangkit listrik ini terdiri dari empat klaster: Nias, Sulawesi-Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua," jelas Tri. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar proyek tersebut masih dalam tahap perencanaan, perizinan, dan desain teknis.

Adapun target penyelesaian pembangunan infrastruktur LNG untuk kelistrikan yaitu klaster Nias diproyeksikan selesai pada Desember 2025, klaster Nusa Tenggara pada Desember 2027, klaster Sulawesi-Maluku pada September 2027, dan klaster Papua Utara pada Desember 2027.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |