Meteor yang Jatuh di Cirebon Kemungkinan Berasal dari Asteroid di Antara Orbit Jupiter dan Mars

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa jatuhnya meteor di Cirebon, Jawa Barat, baru-baru ini menjadi pengingat bahwa Bumi tidak sepenuhnya aman dari ancaman luar angkasa. Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas, menyatakan bahwa fenomena ini memperlihatkan betapa dinamis dan berbahayanya ruang angkasa.

"Ruang angkasa dipenuhi objek yang bergerak dalam kecepatan tinggi. Ketika salah satunya keluar dari orbit stabilnya dan tertarik oleh gravitasi Bumi, maka potensi tumbukan menjadi nyata," kata Prof Husin dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (16/10/2025).

Menurutnya, meteor yang jatuh di Cirebon kemungkinan berasal dari asteroid di antara orbit Jupiter dan Mars. Benda langit ini masuk ke atmosfer akibat gaya gravitasi Bumi.

Prof Husin menjelaskan, ancaman terbesar dari luar angkasa adalah tumbukan asteroid dan komet. la menyinggung peristiwa 66 juta tahun silam di Semenanjung Yucatan, Meksiko, saat hantaman asteroid raksasa menyebabkan kepunahan massal termasuk dinosaurus.

Kini, berbagai lembaga antariksa dunia, seperti NASA, terus mengembangkan teknologi untuk melindungi Bumi dari potensi bencana serupa. Salah satu terobosan penting adalah misi Double Asteroid Redirection Test (DART) pada 2022, yang berhasil mengubah orbit sebuah asteroid sebagai langkah awal sistem pertahanan planet.

Namun, ancaman dari luar angkasa tak hanya berbentuk fisik seperti meteor. Aktivitas Matahari juga menjadi sumber bahaya serius bagi kehidupan modern.

"Letupan besar atau solar flare bisa mengirimkan partikel bermuatan tinggi yang berpotensi melumpuhkan sistem komunikasi dan jaringan listrik di Bumi," ujar Prof Husin.

la mencontohkan peristiwa di Quebec, Kanada, pada 1989, di mana badai geomagnetik menyebabkan pemadaman listrik massal selama berjam-jam. Tak hanya itu, paparan radiasi kosmik berenergi tinggi yang berasal dari ledakan supernova atau fenomena galaksi jauh juga patut diwaspadai. la menyebut bintang Betelgeuse di konstelasi Orion sebagai salah satu kandidat supernova yang telah menunjukkan tanda-tanda aktivitas tinggi.

"Meski jaraknya jauh, partikel dari ledakan tersebut bisa membahayakan astronot serta sistem satelit di orbit rendah," kata dia.

Ancaman lain yang terus berkembang adalah sampah antariksa. Ribuan puing logam dan sisa satelit yang mengelilingi Bumi dapat menabrak wahana aktif serta mengganggu sistem navigasi global.

"Ancaman yang paling mungkin terjadi dalam waktu dekat adalah tumbukan asteroid berukuran sedang, badai Matahari ekstrem, dan paparan radiasi kosmik," kata Prof Husin.

Kendati demikian, ia tetap optimistis. Menurutnya, kemajuan teknologi pemantauan dan kerja sama internasional memberikan harapan untuk mendeteksi dan mengantisipasi potensi bencana antariksa lebih dini. Prof Husin pun mendorong peningkatan riset di bidang pertahanan planet serta keterlibatan pemerintah dan masyarakat ilmiah.

"Perlindungan Bumi bukan hanya dilakukan dari dalam, tetapi juga dari luar. Menjaga rumah kita berarti memahami dan mengantisipasi ancaman dari semesta," kata dia.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |