Mentan Amran Jemput Presiden Brasil, Setelah Turunkan Harga Pupuk 20 Persen

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bawah langit sore Bandara Halim Perdanakusuma, deretan pasukan kehormatan berdiri tegak. Pesawat kepresidenan Brasil baru saja mendarat, Rabu (22/10/2025) membawa tamu penting: Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, tokoh dunia yang dikenal lantang membela kepentingan petani dan kaum pekerja.

Namun sorotan tak hanya tertuju pada tamu dari Amerika Latin itu. Di sisi landasan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berdiri menyambut dengan senyum lebar. Di hari yang sama, beberapa jam sebelumnya, Amran baru saja mengumumkan kebijakan bersejarah, penurunan harga pupuk bersubsidi sebesar 20 persen di seluruh Indonesia.

Dua peristiwa besar dalam satu hari. Satu di panggung diplomasi, satu lagi di jantung kehidupan petani. Dan keduanya menyampaikan pesan yang sama: Indonesia sedang menegakkan kembali kedaulatan pangannya.

Hari yang mengukir sejarah

Pagi hari, Amran berdiri di depan awak media di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta. Dengan nada tegas, ia mengumumkan kebijakan yang langsung disambut riuh di kalangan petani: harga pupuk turun hingga 20 persen.

Langkah itu disebut-sebut sebagai yang pertama dalam sejarah Indonesia modern. Harga Urea yang semula Rp 2 .250 per kilogram kini turun menjadi Rp 1.800, sedangkan NPK dari Rp 2.300 menjadi Rp 1.840.

“Ini bentuk nyata keberpihakan negara kepada petani. Kita ingin petani bisa menanam dengan ongkos yang lebih murah dan hasil yang lebih baik,” ujar Amran kala itu.

Kebijakan tersebut tidak datang dari ruang rapat berpendingin udara semata. Ia lahir dari efisiensi sistem logistik dan distribusi, hasil evaluasi lapangan, dan dorongan agar anggaran pertanian benar-benar menyentuh petani di tingkat paling bawah.

Beberapa jam setelah pengumuman itu, Amran berganti jas resmi dan berangkat ke Bandara Halim. Tugasnya kali ini berbeda: menyambut langsung Presiden Brasil, Lula da Silva, yang datang dalam kunjungan kenegaraan.

Tidak banyak yang tahu, kehadiran Amran di barisan penyambut presiden asing bukanlah kebetulan. Ia memang dipercaya mewakili Pemerintah Indonesia sebagai simbol kekuatan pangan nasional.

Lula dan Amran dikenal memiliki kesamaan latar perjuangan: keduanya tumbuh dari akar pertanian dan melihat pangan bukan sekadar sektor ekonomi, melainkan pondasi kemandirian bangsa.

“Brasil dan Indonesia memiliki semangat yang sama, menjadikan pertanian sebagai kekuatan rakyat,” ujar Amran usai prosesi penyambutan.

Poros baru dari selatan dunia

Brasil dan Indonesia adalah dua kekuatan besar yang terletak di belahan selatan dunia. Brasil unggul dalam industri kedelai, daging, dan bioenergi; sementara Indonesia sedang menapaki puncak kemandirian pangan tropis. Pertemuan dua negara ini menandai munculnya poros baru diplomasi pangan global, di luar dominasi negara-negara utara.

Kerja sama yang kini dijajaki meliputi teknologi pertanian tropis, riset pupuk ramah lingkungan, hingga perdagangan produk pangan berkelanjutan.

Dalam konteks itu, Amran bukan sekadar menteri teknis. Ia wajah dari pertanian Indonesia yang tangguh, produktif, dan disegani. Setahun terakhir, Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencatat capaian signifikan di sektor pertanian.

Produksi beras melonjak, impor jagung dan kedelai turun drastis, dan harga bahan pangan relatif stabil. Penurunan harga pupuk bersubsidi menjadi tonggak baru dari upaya panjang menuju kedaulatan pangan.

Bagi banyak pihak, langkah itu menunjukkan keberanian Amran menempuh jalur efisiensi tanpa mengorbankan kesejahteraan petani.

“Pertanian bukan lagi sektor pinggiran. Ia adalah wajah kekuatan Indonesia di dunia,” ujar seorang pejabat senior yang turut hadir di Halim.

Hari itu, di bawah lampu sorot bandara yang mulai redup, dua tokoh pertanian dunia berjabat tangan. Satu datang dari negeri jauh di Amerika Selatan, satu lagi dari tanah subur Nusantara. Bersama, mereka membawa pesan yang sama: pertanian kekuatan bangsa.

Dan bagi Indonesia, hari itu menjadi penegasan bahwa pangan bukan sekadar urusan dapur — tapi simbol kedaulatan, martabat, dan kekuatan negara.

“Dunia harus melihat,” ujar Amran pelan, “Indonesia bukan hanya bisa memberi makan rakyatnya sendiri — tapi juga siap menjadi negara yang memberi makan dunia.”

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |