Menganalisis Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam

2 weeks ago 10

Image Juliana Salvia

Sejarah | 2025-11-12 14:18:02

Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan peradaban. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu, tetapi juga pembentukan pola pikir dan kepribadian yang berlandaskan akidah. Melalui pendidikan, umat Islam dahulu mampu membangun peradaban yang menguasai ilmu, teknologi, serta menjunjung tinggi nilai spiritual dan moral. Namun seiring berjalannya waktu, pendidikan Islam mengalami kemunduran yang panjang. Banyak lembaga pendidikan kehilangan ruh ideologisnya dan terjebak pada sistem sekuler yang memisahkan ilmu dari agama.

Tulisan ini berusaha menganalisis secara mendalam penyebab utama kemunduran pendidikan Islam dengan meninjau kilas sejarah singkat serta analisis konseptual yang bersumber dari kitab Mafāhin Islāmiyyah karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, serta beberapa referensi buku dan jurnal akademik.

Kilas Balik Sejarah Pendidikan Islam

Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin:

Pendidikan Islam berlandaskan wahyu, berorientasi pada pembentukan akidah dan akhlak. Masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pembinaan umat.

Masa Bani Umayyah:

Lahir sistem pendidikan formal seperti kuttab dan madrasah awal, bahasa Arab dijadikan bahasa ilmu.

Masa Abbasiyah:

Pendidikan berkembang pesat, muncul lembaga seperti Bayt al-Hikmah di Baghdad, serta lahir ilmuwan besar di bidang agama dan sains.

Masa Andalusia:

Pendidikan menjadi simbol kemajuan ilmu dan peradaban; universitas Cordoba dan Granada menjadi pusat pengetahuan dunia.

Masa Turki Utsmani:

Pendidikan mulai melemah akibat birokratisasi dan pengaruh sekularisasi Eropa, hingga akhirnya kehilangan arah ideologis pasca-runtuhnya Khilafah pada 1924 M.

Dari perjalanan ini tampak bahwa pendidikan Islam berjaya ketika berorientasi ideologis dan integral dengan sistem Islam, dan melemah ketika mulai memisahkan ilmu dari nilai-nilai syariat.

Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam

1. Sekularisasi dan Pemisahan Ilmu

Salah satu penyebab utama kemunduran pendidikan Islam adalah sekularisasi, yakni pemisahan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Dalam pandangan Islam, seluruh ilmu bersumber dari Allah SWT dan harus mengarahkan manusia kepada ketaatan kepada-Nya. Namun, pengaruh kolonialisme dan modernisasi Barat membawa paham bahwa ilmu bersifat netral, tanpa dimensi spiritual.

Syed Muhammad Naquib al-Attas (1980) menyebut kondisi ini sebagai loss of adab, hilangnya adab terhadap ilmu dan terhadap Allah sebagai sumber kebenaran. Akibatnya, pendidikan tidak lagi melahirkan insan yang beriman dan bertakwa, melainkan generasi yang berorientasi material dan pragmatis.

2. Hilangnya Peran Negara Islam dalam Sistem Pendidikan

Dalam sejarahnya, sistem pendidikan Islam selalu berjalan di bawah naungan pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai pelindung dan penyebar ilmu. Negara menanggung biaya pendidikan dan menjamin kurikulum sesuai syariat. Namun setelah kehancuran Khilafah, pendidikan Islam kehilangan dukungan politik dan ekonomi.

Menurut Haneef (2013), disintegrasi antara sistem pendidikan dan kekuasaan politik membuat lembaga-lembaga Islam terfragmentasi dan kehilangan arah. Pendidikan pun menjadi komoditas ekonomi, bukan lagi sarana membentuk syakhsiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam).

3. Krisis Identitas Kurikulum

Krisis identitas menjadi salah satu akar kemunduran yang paling serius. Banyak institusi pendidikan Islam meniru sistem Barat secara utuh tanpa penyaringan nilai. Kurikulum hanya menambahkan pelajaran agama di sela-sela pelajaran umum, bukan mengintegrasikannya secara konseptual.

Hasan Langgulung (1985) menegaskan bahwa pendidikan Islam harus memadukan wahyu dan akal, bukan memisahkannya. Ketika pendidikan hanya berorientasi pada pencapaian duniawi, maka visi peradaban Islam hilang. Lulusan sekolah Islam banyak yang berpikir sekuler, padahal mereka mengenakan identitas Islam secara formal.

4. Lemahnya Tradisi Ilmiah dan Penelitian

Kejayaan pendidikan Islam pada masa lalu dibangun atas dasar budaya membaca, menulis, dan meneliti. Namun kini, tradisi ilmiah itu menurun tajam. Banyak lembaga pendidikan Islam lebih menekankan hafalan dibandingkan pemahaman dan analisis.

Al-Faruqi (1982) menyebut bahwa umat Islam gagal mengislamisasikan ilmu modern. Akibatnya, metode penelitian yang digunakan tidak berlandaskan pada paradigma Islam, melainkan paradigma positivistik Barat. Pendidikan Islam kehilangan kekuatan inovatif dan kreatif yang dahulu menjadi ciri peradaban Islam.

5. Pengaruh Kolonialisme dan Modernisasi Barat

Kolonialisme Barat membawa dampak destruktif terhadap sistem pendidikan Islam. Kolonialis menggantikan madrasah tradisional dengan sekolah-sekolah modern yang menanamkan ideologi nasionalisme dan sekularisme.

Al-Zuhaili (2014) mencatat bahwa kolonialisme telah menciptakan generasi Muslim yang berpikir Barat dan menjauh dari identitasnya.Setelah kemerdekaan, banyak negara Muslim tetap mempertahankan sistem pendidikan warisan kolonial dengan sedikit penyesuaian agama. Akibatnya, pendidikan Islam kehilangan fungsi ideologisnya sebagai sarana membentuk manusia yang tunduk pada hukum Allah.

6. Komersialisasi dan Westernisasi Pendidikan

Kemunduran pendidikan Islam juga disebabkan oleh komersialisasi pendidikan. Lembaga pendidikan lebih berorientasi pada keuntungan ekonomi dibandingkan misi dakwah dan pembinaan moral. Pendidikan tinggi Islam pun sering mengikuti standar akreditasi internasional tanpa menyesuaikan dengan worldview Islam.

Haneef (2013) menilai bahwa pendidikan Islam di banyak negara telah menjadi “institusi ekonomi” bukan “institusi ideologis”. Hal ini menyebabkan lahirnya generasi yang terdidik secara teknis, tetapi kehilangan orientasi ruhiyah dan tanggung jawab sosial sebagai umat Islam.

7. Lemahnya Peran Ulama dan Intelektual MuslimPada masa klasik, ulama dan ilmuwan berperan ganda sebagai pendidik dan penasehat politik. Namun kini, banyak ulama terpisah dari sistem pendidikan formal. Sebaliknya, ilmuwan sekuler mendominasi arah kebijakan pendidikan. Ketika ulama kehilangan peran strategis, pendidikan Islam pun kehilangan arah ruhiyahnya.

An-Nabhani menegaskan dalam Mafāhin Islāmiyyah bahwa pemisahan ulama dari kekuasaan dan pendidikan adalah strategi kolonial untuk memutus hubungan antara ilmu dan kekuasaan syar’i. Akibatnya, ilmu menjadi sekuler, dan umat kehilangan figur pemimpin yang mampu menyatukan pemikiran dengan sistem kehidupan Islam.

Analisis Berdasarkan Kitab Mafāhim Islāmiyyah (Edisi Mu‘tamadah) karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Mafāhim Islāmiyyah (Edisi Mu‘tamadah) menegaskan bahwa pendidikan Islam sejati tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan Islam secara menyeluruh. Beliau menjelaskan bahwa akar utama kemunduran pendidikan Islam bukanlah lemahnya sarana atau tenaga pendidik, melainkan hilangnya orientasi ideologis yang berasaskan akidah Islam.

Menurut beliau, pendidikan dalam Islam memiliki tujuan membentuk syakhsiyyah Islāmiyyah yakni kepribadian Islam yang berpikir dan berperilaku berdasarkan akidah. Artinya, pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi pembentukan pola pikir (‘aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang selaras dengan pandangan hidup Islam.

Beliau menulis:

“Pendidikan Islam harus diarahkan untuk membentuk akal yang memahami realitas berdasarkan hukum syara’, serta jiwa yang tunduk pada aturan Allah. Inilah yang membedakan pendidikan Islam dari sistem pendidikan lain.” (Mafāhim Islāmiyyah, hlm. 45).

An-Nabhani menjelaskan bahwa selama pendidikan dijalankan dalam sistem sekuler, maka hasilnya tidak akan melahirkan generasi pembangun peradaban Islam, tetapi generasi yang berpikir pragmatis dan terpisah dari nilai ruhiyah. Pendidikan semacam itu gagal menumbuhkan kesadaran ideologis umat terhadap tanggung jawab dakwah dan penegakan syariat.

Lebih jauh, beliau menekankan bahwa kebangkitan pendidikan Islam tidak bisa dicapai hanya dengan reformasi kurikulum, penambahan mata pelajaran agama, atau modernisasi teknologi pendidikan. Selama asas kehidupan masih berpijak pada ideologi selain Islam, maka orientasi pendidikan akan tetap materialistis.

Beliau menyatakan:“Ilmu tidak akan mengantarkan pada kebangkitan sejati selama tidak dibangun di atas asas akidah Islam. Sebab akidah adalah tolok ukur bagi seluruh pemikiran, perasaan, dan perbuatan manusia.” (Mafāhim Islāmiyyah, hlm. 73).

Dari pandangan ini dapat disimpulkan bahwa kemunduran pendidikan Islam adalah konsekuensi dari hilangnya sistem Islam yang utuh. Pendidikan membutuhkan lingkungan sosial, politik, dan budaya yang mendukung penerapan syariat. Tanpa itu, pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang terdidik secara intelektual, tetapi kosong secara spiritual dan ideologis.Beliau menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi bagian dari proyek kebangkitan Islam secara total. Maka, solusi bagi kemunduran pendidikan Islam bukanlah meniru model Barat, melainkan menegakkan sistem pendidikan yang berbasis akidah, menumbuhkan kesadaran ideologis, dan melahirkan generasi yang berpikir serta berjuang demi kemuliaan Islam.
KesimpulanKemunduran pendidikan Islam merupakan akibat dari faktor struktural dan ideologis: sekularisasi ilmu, hilangnya sistem pemerintahan Islam, krisis kurikulum, serta lemahnya tradisi ilmiah dan integrasi nilai Islam dalam pendidikan modern. Semua itu berakar pada hilangnya penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam kehidupan umat.Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dari sistem Islam. Tanpa fondasi ideologis, pendidikan hanya akan menghasilkan generasi yang terdidik secara kognitif, tetapi kehilangan visi dakwah dan tanggung jawab peradaban.Oleh karena itu, kebangkitan pendidikan Islam menuntut dua langkah utama:Reorientasi ideologis pendidikan agar kembali berbasis pada akidah Islam.Rekonstruksi sistem kehidupan Islam melalui penerapan syariat secara menyeluruh yang menopang sistem pendidikan Islami.Hanya dengan langkah inilah pendidikan Islam dapat kembali menjadi mercusuar peradaban dan melahirkan generasi yang berpikir, berakhlak, dan berjuang di jalan Allah SWT.
Daftar ReferensiAl-Attas, Syed Muhammad Naquib. (1980). The Concept of Education in Islam. Kuala Lumpur: ABIM.Al-Zuhaili, W. (2014). Islamic Civilization and Colonial Influence. Journal of Islamic Civilization Studies, 5(2).An-Nabhani, Taqiyuddin. (2001). Mafāhin Islāmiyyah. Beirut: Dar al-Ummah.Haneef, M. A. (2013). Reintegration of Knowledge in Islamic Education. International Journal of Islamic Thought, 3(1).Langgulung, Hasan. (1985). Pendidikan Islam dan Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Al-Husna.Rahman, F. (2019). The Crisis of Islamic Education in the Modern Era. Journal of Education and Humanities, 7(1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |