REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah gempuran modernisasi yang mengikis nilai-nilai tradisional, sekelompok mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membuktikan bahwa generasi muda masih peduli terhadap akar budaya. Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM), mereka hadir membawa misi mulia: menyelamatkan warisan budaya Desa Caturharjo, Pandak, Bantul, yang nyaris terlupakan zaman.
Kegiatan bertajuk 'Penguatan Warisan Budaya Masyarakat di Caturharjo, Pandak Bantul' ini bukan sekadar program pengabdian biasa. Program hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UAD tahun 2025 ini membawa dampak nyata bagi keberlanjutan budaya lokal.
Anggota Tim Dosen PMM UAD, Dr Yosi Wulandari, menjelaskan fokus utama program ini adalah pemberdayaan mitra Sanggar Seni Caturharjo dalam menghasilkan naskah ketoprak sebagai naskah resmi milik Desa Caturharjo. Naskah ini merepresentasikan asal-usul dan identitas budaya setempat yang selama ini hanya diwariskan secara lisan.
"Program ini mendukung upaya pelestarian budaya berbasis pengabdian masyarakat dan kolaborasi mahasiswa," ujar Dr. Yosi, dalam keterangannya, Senin (1/12/2025), menjelaskan esensi kegiatan yang melibatkan sinergi lintas generasi ini.
Setelah melalui serangkaian pelatihan penulisan naskah pada awal November 2025, tim PMM UAD bersama tokoh seni dan kelompok Sanggar Seni Caturharjo secara kolaboratif menyusun sebuah naskah ketoprak berjudul 'Lakuning Budaya Caturharjo'. Naskah ini menjadi medium naratif yang merekam sejarah, nilai, dan kearifan lokal sebagai fondasi terbentuknya Desa Caturharjo.
Proses penyusunan naskah dilaksanakan secara intensif selama delapan hari, mulai tanggal 11 November 2025 hingga 18 November 2025. Periode tersebut dipenuhi dengan dialog kreatif antara mahasiswa, seniman, dan tokoh masyarakat yang saling berbagi pengetahuan dan perspektif.
Kolaborasi ini menunjukkan sinergi lintas generasi dalam merawat tradisi dan menghidupkan kembali seni pertunjukan ketoprak sebagai warisan budaya yang berkelanjutan. Mahasiswa membawa semangat dan keterampilan teknis penulisan, sementara tokoh seni lokal menyumbangkan khazanah memori kolektif dan nilai-nilai kearifan yang telah diwariskan turun-temurun.
Sudiyono, selaku Tokoh Seni Caturharjo, tidak menyembunyikan rasa bangga dan apresiasinya. Kehadiran mahasiswa PMM UAD dinilainya mampu menjadi garda generasi muda dalam menjaga keberlanjutan budaya lokal.
"Kami merasa senang dan terbantu. Kehadiran mahasiswa menunjukkan bahwa tradisi masih mendapat tempat di hati generasi sekarang," ungkap Sudiyono dengan penuh haru, mencerminkan harapan bahwa estafet budaya tidak akan terputus di tangan generasi mendatang.
Tak hanya berhenti pada proses kreatif, Tim Dosen PMM UAD juga memberikan dukungan lanjutan yang strategis. Mereka mengarahkan mahasiswa dan sanggar seni untuk memproses karya ini menuju pendaftaran hak cipta. Langkah ini merupakan bentuk perlindungan terhadap karya budaya dan pengakuan resmi atas naskah ketoprak sebagai milik Desa Caturharjo.
Upaya perlindungan hak cipta ini penting untuk mencegah klaim pihak lain dan memastikan bahwa naskah "Lakuning Budaya Caturharjo" tetap menjadi aset budaya desa yang dapat diwariskan kepada generasi penerus dengan status legal yang jelas.
Seni ketoprak merupakan salah satu bentuk teater tradisional Jawa yang menggabungkan dialog, tarian, dan musik gamelan. Di Desa Caturharjo, ketoprak bukan sekadar hiburan, melainkan media penyampai nilai-nilai filosofis dan sejarah lokal. Namun, seiring berjalannya waktu, regenerasi pelaku seni dan dokumentasi naskah menjadi tantangan besar dalam pelestarian tradisi ini.
Program PMM UAD hadir sebagai jembatan antara dunia akademik dan masyarakat, memfasilitasi transfer pengetahuan sekaligus penguatan kapasitas komunitas lokal dalam mengelola warisan budaya mereka sendiri.
Program ini menjadi bukti komitmen Universitas Ahmad Dahlan dalam memadukan pendidikan, pengabdian masyarakat, dan pelestarian budaya. Sekaligus memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang peka terhadap nilai-nilai kearifan lokal.
Keberhasilan penyusunan naskah 'Lakuning Budaya Caturharjo' memberikan harapan baru bahwa warisan budaya lokal dapat terus hidup dan relevan di tengah arus modernisasi, selama ada kolaborasi nyata antara generasi muda yang bersemangat dengan para penjaga tradisi yang penuh dedikasi.

1 hour ago
1















































