Kasus Gigitan Ular Meningkat, Pakar UGM Dorong Pengembangan Serum Antibisa Modern

3 hours ago 4

Home > News Monday, 17 Nov 2025, 11:15 WIB

Hadir terobosan antibodi llama dan alpaka yang dinilai mampu membantu penanganan medis.

 Antara/Adeng BustomiWarga menangkap ular sendok jawa atau kobra jawa (Naja sputatrix) di Perum Tata Lestari, Kecamatan Singaparna, kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Foto: Antara/Adeng Bustomi

MAGENTA -- Indonesia tercatat sebagai negara dengan spesies ular terbanyak ketiga di dunia, yakni 376 spesies. Hingga Oktober 2025 tercatat ada 8.721 kasus gigita ular dengan 25 kematian. Perlu pegembangan serum antibisa modern karakterisasi bisa ular lokal.

Menenangkan korban akibat gigitan ular berbisa menjadi bagian penting agar racun tidak menyebar lebih cepat di dalam tubuh. Metode bantalan tekan dapat diterapkan sebagai pertolongan awal pada kondisi darurat.

Dosen Fakultas Biologi UGM Donan Satria Yudha mengatakan, dalam penanganan kasus gigitan ular berbisa langkah yang harus dilakukan adalah imobilisasi untuk membatasi pergerakan area tubuh yang terkena gigitan.

“Setelah itu korban bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan,” kata Donan Jumat (14/11/2025).

Donan menjelaskan, bahwa antibodi pada llama dan alpaka terbukti efektif membantu penyembuhan korban gigitan ular berbisa, dan untuk memperkuat kesiapan Indonesia menghadapi ancaman kasus gigitan ular.

“Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa kecelakaan akibat gigitan ular bukan lagi neglected disease, karena semakin banyak peneliti peduli dan mengembangkan antibisa dengan efektivitas tinggi,” kata Donan.

Meski demikian, Donan menyebut pengembangan serum antibisa di Indonesia masih belum signifikan. Perkembangan baru terlihat tiga tahun terakhir melalui inisiatif penelitian dari BRIN, Kementerian Kesehatan, dan berbagai perguruan tinggi.

BACA JUGA: Ini Manfaat Terapi Bekam di Berbagai Titik Tubuh

Image

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |