CANTIKA.COM, Jakarta - Mulai dari memakai piyama pasangan kembar, mencocokkan foto profil media sosial, hingga menggabungkan daftar putar musik dan menyesap minuman dari sedotan yang sama, melakukan berbagai hal bersama sebagai pasangan dalam hubungan romansa memberikan nuansa klasik komedi romantis.
Hasrat akan keintiman mendorong ritual-ritual kecil ini untuk merasa lebih terhubung. Namun, sekali lagi, bagaimana kita tahu kapan hubungan yang selalu ada ini akan berubah menjadi klaustrofobia?
Meski momen-momen ini memang manis dan indah, ada batas yang tidak boleh dilewati, karena 'kebersamaan' hubungan ini mulai memudarkan individualitas seseorang.
Mengenai batasan, seringkali ada dilema tentang bagaimana cara mengatakan tidak. Menanggapi aspek rumit dalam hubungan ini, Dr. Mona Gujral, kepala psikolog di Coto, berbagi wawasannya dengan HT Lifestyle tentang mengapa suatu hubungan bisa terasa menyesakkan ketika batasan pribadi tidak dihargai.
Berbicara tentang potensi rasa bersalah karena mengatakan tidak, ia menjelaskan pola pikir di balik perilaku ini, "Menetapkan batasan sering kali memicu rasa bersalah, terutama ketika kita dikondisikan untuk percaya bahwa cinta sama dengan pengorbanan.
Mengatakan 'tidak' menimbulkan rasa bersalah dan takut dianggap tidak peduli." Namun, psikolog tersebut meyakinkan bahwa tidak semuanya sia-sia jika seseorang berterus terang tentang kebutuhan pribadinya. "Tetapi cinta sejati bukanlah tentang menyenangkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri; cinta sejati dibangun di atas kejujuran, keseimbangan, dan rasa saling menghormati."
Mengapa batasan dalam hubungan jadi hal penting?
Ketika batasan tidak ada, kompromi bisa menjadi terlalu jauh. Seringkali, salah satu pasangan mengesampingkan suka dan tidak suka mereka demi pasangannya. Ambil contoh hal sederhana seperti menonton film bersama. Alih-alih menyuarakan preferensi pribadi, Anda hanya mengangguk setuju pada apa pun yang diputuskan pasangan.
Semua perilaku kompromi kecil ini menumpuk sebelum akhirnya menciptakan keretakan di antara Anda dan pasangan. Seiring waktu, hal itu berubah menjadi invasi ekstrem ke ruang pribadi, seperti menuntut kata sandi atau memaksakan pakaian.
Dr. Gujral menjelaskan pentingnya batasan, "Batas adalah batasan emosional, fisik, dan mental yang menjaga kesejahteraan Anda. Jika diungkapkan dengan jelas, batasan tersebut mencegah rasa dendam dan memastikan cinta tetap seimbang dengan harga diri. Kuncinya adalah berkomunikasi dengan tenang dan jelas, bukan dengan konfrontasi. Ingat, kebutuhan Anda sama pentingnya dengan kebutuhan pasangan Anda."
Lima Cara Menetapkan Batasan Tanpa Rasa Bersalah
Dalam suatu hubungan, seseorang mungkin merasa wajib mengejar kebutuhan kompulsif untuk melakukan segala sesuatu bersama, terlepas dari keinginan mereka sendiri. Namun, Anda dapat membalikkannya dengan beberapa teknik sederhana, terutama jika Anda merasa kesulitan untuk benar-benar berbicara.
Psikolog membagikan 5 tips ini tentang bagaimana kamu dapat menciptakan batasan dalam hubungan tanpa merasa bersalah:
1. Akui hak untuk merawat diri sendiri
Kamu berhak mendapatkan kedamaian dan ruang, bahkan dalam cinta. Batasan melindungi energi kamu.
2. Gunakan pernyataan “Saya”
Ekspresikan kebutuhan kamu tanpa menyalahkan “Saya merasa kewalahan ketika…” menciptakan dialog alih-alih sikap defensif.
3. Mulailah dari yang kecil
Mulailah dengan langkah sederhana, seperti menolak panggilan saat lelah atau meluangkan waktu untuk diri sendiri.
4. Tetap konsisten
Sinyal yang membingungkan akan membingungkan kamu dan pasangan. Pertahankan pendirian kamu dengan baik.
5. Lepaskan rasa bersalah
Rasa bersalah sering kali muncul karena takut mengecewakan orang lain. Ingatkan diri kamu, kalau bertanggung jawab atas emosi kamu sendiri, bukan mengelola emosi mereka.
Pilihan Editor: 5 Mitos Soal Batasan dalam Hubungan
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.
