Investasi Rp15,4 Triliun untuk Kendaraan Listrik

4 hours ago 1

Info Event - Industri otomotif nasional tengah memasuki babak baru dengan fokus pada kendaraan energi baru (New Energy Vehicle - NEV). Sinergi antara teknologi, investasi, dan kebijakan menjadi kunci dalam mendorong transisi menuju era mobilitas rendah emisi. Hal ini mengemuka dalam forum diskusi strategis New Energy Vehicle Summit 2025 yang digelar kumparan di MGP Space, SCBD Park, Jakarta Selatan, pada Selasa (6/5).

Acara yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan ini menyoroti potensi besar industri otomotif dalam menopang perekonomian nasional sekaligus berkontribusi pada target ambisius pemerintah terkait penurunan emisi. Target-target tersebut mencakup Enhanced NDC 2030, Net Zero Emission 2060, dan visi Indonesia Emas 2045.

Pembukaan forum ditandai dengan sambutan dari Pemimpin Redaksi kumparan, Arifin Asydhad.

Menteri Investasi Ungkap Gelombang Investasi Kendaraan Listrik

Forum NEV 2025 ini dibuka secara resmi oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, bersama Arifin Asydhad. Sejumlah tokoh penting turut hadir sebagai keynote speaker, termasuk Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani; Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin; serta Anggota DPR RI, Rachmat Gobel.

Dalam sambutannya, Arifin Asydhad menekankan komitmen penyelenggara dalam mendukung ekosistem industri otomotif agar terus berkembang dan selaras dengan target pemerintah. “Forum ini kami adakan untuk mendorong ekosistem industri otomotif yang konstruktif dan terbuka terhadap semua pendekatan teknologi,” ujarnya. Ia menambahkan, transisi energi di sektor otomotif haruslah realistis dan inklusif, mencakup berbagai opsi teknologi mulai dari hybrid, plug-in hybrid, BEV, hingga hidrogen.

Senada dengan hal tersebut, forum ini juga menggarisbawahi pentingnya diversifikasi teknologi sebagai strategi transisi yang lebih adaptif. Potensi Indonesia dalam pemanfaatan biofuel, seperti biodiesel dan bioetanol, dinilai dapat dioptimalkan bersamaan dengan pengembangan kendaraan listrik dan teknologi hidrogen. Pendekatan multi-energi ini diharapkan dapat mempercepat penurunan emisi sekaligus memperkuat industri dalam negeri dan memberikan pilihan teknologi yang lebih luas.

Dalam pidato kuncinya, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan industri kendaraan listrik nasional sebagai bagian dari upaya mencapai target pengurangan emisi karbon dan mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan. “Kami di Kemenperin akan terus berada di garis depan dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan industri kendaraan listrik nasional,” ujar Agus.

Iklan

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, memberikan kabar gembira terkait investasi di sektor kendaraan listrik. “Sejak 2024 hingga Maret 2025, tercatat tujuh produsen kendaraan listrik telah menyatakan pemindahan investasi dan mulai melakukan konstruksi dengan nilai total Rp15,4 triliun,” ungkap Rosan. Investasi ini diproyeksikan akan menghasilkan kapasitas produksi mobil listrik mencapai 281 ribu unit per tahun. Beberapa perusahaan yang telah berkomitmen antara lain BYD, Citroen, AION, Maxus, Geely, VinFast, dan VW.

Lebih lanjut, Rosan Roeslani dengan nada optimistis menyatakan, “Karena kita lihat, baik produksi kendaraan listrik ini akan terus meningkat. Dan pada tahun 2030, kita memprediksi produksi kendaraan listrik dapat meningkat menjadi 2,5 juta unit per tahunnya pada saat 2030.” Ia juga menambahkan bahwa pemerintah akan memberikan insentif yang lebih besar bagi produsen yang meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri (TKDN).

Diskusi Intensif: Biofuel, Hidrogen, dan Masa Depan Baterai

Sesi diskusi pertama mengangkat tema “Biofuel & Hidrogen: Pilar Energi Lokal Otomotif", menghadirkan Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi; Kepala Kajian Ekonomi Hijau dan Iklim LPEM FEB UI, Dr. Alin Halimatussadiah; dan Advisor PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jaka Purwanto. Diskusi terfokus pada potensi biofuel dan hidrogen sebagai sumber energi alternatif untuk masa depan otomotif Indonesia.

Sesi kedua bertajuk “Transformasi Hijau: Industri Kuat, Emisi Rendah” menghadirkan Pengamat Otomotif ITB, Dr. Yannes Martinus Pasaribu; dan Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Apit Pria Nugraha. Mereka membahas tantangan yang dihadapi industri otomotif di tengah ketidakpastian global (VUCA) dalam upaya bertransformasi menuju industri yang lebih ramah lingkungan.

Pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik juga menjadi bahasan penting dalam panel diskusi “Pengembangan Teknologi Baterai Kendaraan Listrik” dengan menghadirkan Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, Hafsah Halidah; serta Peneliti Senior Pusat Sistem Transportasi Berkelanjutan ITB, Dr. Agus Purwadi. Sementara itu, strategi untuk memperluas pasar kendaraan listrik berbasis baterai dibahas dalam sesi “Strategi Membuka Pasar BEV” yang menghadirkan Ketua Umum Aismoli, Budi Setiadi; dan Dirjen ILMATE, Setia Diarta.

kumparan sebagai penggagas acara meyakini bahwa transisi energi di sektor otomotif memerlukan kolaborasi yang solid dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku industri, swasta, hingga lembaga riset. Selain itu, dukungan insentif fiskal, investasi infrastruktur hijau, dan komitmen bersama dalam pengembangan teknologi rendah karbon menjadi faktor krusial. (*)

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |