Idulfitri dan Nyepi sebagai Momentum Energi Cinta dan Perdamaian Umat

3 days ago 16

loading...

Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI, Adib Abdushomad. FOTO/IST

M Adib Abdushomad
Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI
Pengajar Pasca Sarjana Universitas Islam Bunga Bangsa dan UIN Siber Cirebon

DALAM hitungan hari, umat Islam akan segera menyelesaikan rangkain puasa Ramadan yang ditandai dengan perayaan Idulfitri . Perayaan Idulfitri ini tentu saja patut dirayakan bagi mereka (umat Islam) yang telah berjuang selama sebulan penuh menahan hawa nafsu yang buruk, bahkan menahan tidak makan dan minum serta hasrat biologis di waktu yang telah ditentukan.

Namun demikian jika ditelusuri lebih dalam perayaan Idulfitri bukan saja sekadar ekspresi kemenangan setelah menjalani ibadah Ramadan selama kurang lebih satu bulan lamanya. Lebih dari itu, Idulfitri adalah momentum untuk memperbaharui hubungan sosial, memperkuat ukhuwah, serta meneguhkan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Nilai-nilai esensial dari Idulfitri pascamenjalani training bulan suci Ramadhan tersebut, jangan sampai direduksi dengan parameter yang sifatnya materialistik-hedonistik. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama bulan suci Ramadan harus membekas sebagai bekal 11 bulan setelah Ramadan. Apalagi pada tahun ini, ada satu momen istimewa yang semakin memperdalam makna ukhuwah dan meneguhkan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat yakni adanya irisan yang hampir bersamaan waktunya Idulfitri umat Islam dengan Hari Raya Nyepi umat Hindu.

Jika ditelusuri dua perayaan ini memiliki makna spiritual yang tinggi, namun demikian ekspresi keduanya sangat berbeda. Idulfitri menandai kembalinya manusia kepada fitrah, disambut dengan gema takbiran keliling, memperbanyak silaturahmi, dan kebersamaan. Namanya juga sebuah ekspresi kemenangan, sambil membayangkan saat tim Garuda mampu memenangkan pertandingan dengan Bahrain, tentu sangatlah ramai pada malam Idulfitri tersebut.

Di beberapa tempat bahkan gegap gempita dilakukan dengan takbir keliling memakai moda transportasi sebagai rasa syukur telah selesainya Ibadah Puasa Ramadhan yang terkadang dilakukan hingga larut malam. Sementara itu, Nyepi adalah waktu bagi umat Hindu untuk menyepi, merenung, dan menahan diri dari aktivitas duniawi melalui ritus Catur Brata Penyepian, yang mencakup amati geni (tidak menyalakan api atau listrik), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).

Fenomena tersebut di atas, jika tidak disikapi dengan bijak, perbedaan diametral ekspresi perayaan keagamaan tersebut dapat berpotensi menimbulkan salah paham yang tidak diperlukan. Sangat beruntung bahwa dua perayaan keagamaan tersebut hampir dipastikan tidak jatuh di hari yang sama, tapi hanya selisih beberapa hari. Adapun gegap gempita perayaan Idulfitri itupun terjadi hanya sehari pada malam hari raya Idulfitri yang memang pada hari itu justru diharamkan untuk berpuasa lagi artinya makan dan minum yang sebelumnya dilarang, pada hari itu diwajibkan tidak berpuasa.

Perlu saya tambahkan juga bahwa ada dorongan puasa sunah 6 hari setelah sehari perayaan Idulfitri itu sendiri, bahkan jika mampu dilakukan pahalanya seperti puasa setahun. Hadith ini memberikan pesan akan pentingnya umat Isam agar tidak euforia dan menjaga keseimbangan dan konsistensi kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan setelah puasa Ramadhan telah usai.

Terkait dengan pesan substantif Idulfitri dalam konteks sejarah Islam telah mengajarkan bahwa harmoni dalam keberagaman adalah sesuatu yang harus terus dijaga. Ketika Rasulullah membangun Madinah, beliau dihadapkan pada masyarakat yang heterogen: kaum Muhajirin, Anshar, serta komunitas Yahudi dan berbagai kabilah lainnya. Dalam situasi penuh perbedaan itu, Rasulullah tidak memilih jalur konfrontasi, melainkan membangun persaudaraan dan perdamaian dengan dasar keadilan serta kesetaraan.

Salah satu langkah visioner yang beliau ambil adalah merumuskan Piagam Madinah, sebuah perjanjian sosial yang menjamin hak-hak setiap kelompok dan menegaskan pentingnya hidup berdampingan dalam harmoni. Piagam Madinah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ini dianggap oleh beberapa Pemikir Barat (Orientalist) Robert N Bellah terlalu maju dan melampui untuk zamannya saat itu.

Spirit inilah yang harus kita terapkan dalam menyikapi kedekatan Idul Fitri dan Nyepi. Umat Islam dapat merayakan takbiran dengan tetap memperhatikan kenyamanan umat Hindu yang sedang menjalani penyepian. Sebaliknya, umat Hindu juga memahami bahwa kegembiraan Idul Fitri adalah bagian dari tradisi umat Islam yang telah berlangsung turun-temurun. Dengan komunikasi yang baik dan sikap saling memahami, tidak akan ada gesekan, melainkan justru tercipta suasana yang harmonis dan penuh toleransi.

Lebih dari Sekadar Perayaan

Pada akhirnya Idulfitri dan Nyepi adalah refleksi bersama tentang pentingnya menahan diri, introspeksi, dan memperbaiki hubungan antarmanusia dan sang Pencipta. Idulfitri mengajarkan keikhlasan dalam meminta dan memberi maaf, sedangkan Nyepi menanamkan nilai pengendalian diri dan refleksi spiritual. Keduanya menumbuhkan budaya damai dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Emile Durkheim dalam Teori Harmoni Sosial, masyarakat yang heterogen hanya dapat hidup berdampingan dengan damai jika terdapat kesadaran kolektif dan penghormatan terhadap norma sosial yang disepakati bersama. Dalam konteks Idul Fitri dan Nyepi yang hampir bersamaan, pendekatan ini menjadi semakin relevan.

Dengan memahami bahwa setiap kelompok memiliki ekspresi keagamaan yang berbeda, kita dapat menciptakan keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan penghormatan terhadap hak orang lain. Seperti halnya Piagam Madinah yang menjadi landasan harmoni di era Rasulullah, penerapan prinsip solidaritas organik dalam masyarakat modern akan mendorong terciptanya ruang sosial yang damai dan inklusif. Idul Fitri dan Nyepi bukan sekadar perayaan, tetapi juga pengingat bahwa perbedaan tidak harus menjadi pemisah, melainkan justru dapat menjadi kekuatan untuk membangun masyarakat yang lebih rukun dan harmonis.

(abd)

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |