TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto setuju Huayou menggantikan LG menggarap proyek hilirisasi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai bertemu dengan kepala negara pada hari ini.
Bahlil mengatakan, kelanjutan proyek hilirisasi baterai senilai US$ 9,8 miliar itu rencananya akan disahkan lewat peletakan batu pertama atau groundbreaking sebelum Agustus 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sudah disetujui Presiden. Atas arahan Presiden, sekarang sudah dilakukan oleh konsorsium Huayou. Dan ini tidak ada masalah lagi dan ini sudah siap untuk dilakukan groundbreaking,” ujar Bahlil usai mengikuti rapat dengan Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, 22 Mei 2025.
Bahlil menyampaikan bahwa struktur kepemilikan proyek ini menempatkan BUMN Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas di sektor hulu.
Selain itu, rapat juga membahas kemajuan proyek kerja sama dengan perusahaan baterai asal Cina, CATL.
Menteri Investasi dan Hilirisasi yang juga Kepala BPI Danantara Rosan Roeslani menekankan pentingnya keterlibatan Danantara dalam memperkuat posisi Indonesia dalam proyek tersebut.
“Tapi sejak ada Danantara ini pendanaan ini kita yang membantu karena kita melihat pekerjaan ini, proyek ini memang sangat-sangat baik. Baik dari segi return-nya, baik dari segi penciptaan lapangan pekerjaannya. Dan juga baik dari segi dampak perekonomiannya ke depan untuk Indonesia,” ucap Rosan.
Melalui keterlibatan dua konsorsium besar—Huayou dan CATL—yang akan mengelola ekosistem dari tambang hingga produksi baterai, pemerintah berharap Indonesia dapat menguasai rantai nilai industri kendaraan listrik secara menyeluruh.
Konsorsium Korea Selatan yang dikomandoi LG sebelummya mengumumkan untuk membatalkan proyek rantai pasokan baterai kendaraan listrik di Indonesia pada Jumat, 18 April 2025. Proyek itu bernilai 11 triliun won atau US$ 7,7 miliar (sekitar Rp 129 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.841 per dolar AS).
Adapun proyek rantai pasokan baterai kendaraan listrik di Indonesia yang dipimpin LG itu rencananya mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga pembuatan prekursor, bahan katoda, dan produksi sel baterai. Indonesia diketahui sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia, yaitu bahan baku utama baterai kendaraan listrik.
Seorang petinggi dari LG Energy Solution mengatakan keputusan untuk menarik proyek dilakukan setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia. Dia menyebut kesepakatan pembatalan dipilih lantaran adanya pergeseran dalam lanskap industri, terutama dengan apa yang disebut sebagai “jurang kendaraan listrik”, yang merujuk pada perlambatan sementara dalam permintaan global.
“Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk ke luar dari proyek,” kata pejabat LG Energy Solution itu.