Google Mode AI, Racun Mematikan Bagi Industri Media Digital?

2 hours ago 4

Oleh : Jurnalis Republika, Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saya terkejut tapi tidak terkejut ketika membuka halaman digital Google hari Jumat (12/9/2025) lalu. Tiba-tiba ada opsi 'Mode AI' di pojok paling kiri laman utama search engine paling diandalkan seluruh umat manusia ini.

Pertama kali dengar Mode AI Google bulan lalu, saya agak berharap fitur itu tidak usah masuk ke Indonesia, tapi tentu saja itu harapan naif. Apalagi setelah tahu tadi malam dari seorang Data Analist Republika, Mode AI memang katanya dijadwalkan meluncur mulus di kuartal IV 2025.

Google Mode AI adalah barang baru di Indonesia, tapi barang lama di hometown-nya. Amerika Serikat, Inggris, dan India sudah mencoba duluan 'pil pahit' ini. Bagi user, barang ini bak es teler di tengah hari bolong Jakarta. Tapi bagi industri media digital, es teler itu berubah jadi pil teler. Bisa mematikan!

Dalam AI Forum WAN-IFRA yang digelar Senin (4/8/2025) 2025 lalu di Jakarta, Specialised CEO Consultancy, Polemic Digital dari Irlandia, Barry Adams sudah memberi sedikit kisi-kisi.

Belum lah kita berdamai dengan Google AI Overview yang menurunkan traffic ke media digital hingga rata-rata 50 persen, ditambah lagi pergeseran pencarian informasi masyarakat ke Large Language Model (LLMs) Artificial Inteligence, sekarang tiba-tiba search engine menikah dengan LLMs dalam satu layar. Google really do a terrific job in 'roasting' digital media to its core!

"Di AS dan Inggris, (setelah adanya Google Mode AI) orang-orang benar-benar tidak lagi mencari informasi ke halaman media digital," kata Barry.

Google AI Overviews sendiri adalah evolusi. Beberapa Pemimpin Redaksi media digital Indonesia yang hadir dalam AI Forum WAN-IFRA satu suara, betapa mereka melihat penurunan kunjungan yang sangat signifikan ke website media pemberitaannya.

Bukan hanya di Indonesia, sepertinya semua media digital di dunia memang membenci Google AI Overviews.

Terbaru, dilansir Reuters, Senin (15/9/2025), Penske Media, pemilik Rolling Stone, Billboard, dan Variety, menggugat Google di pengadilan federal Washington, D.C karena AI Overview. Ini menjadi pertama kalinya penerbit besar Amerika Serikat membawa Google ke meja hijau terkait ringkasan berbasis AI.

Penske Media menuduh Google menggunakan artikel mereka dalam AI Overviews tanpa izin, sekaligus mengurangi lalu lintas ke situs penerbit. Selama berbulan-bulan, organisasi media mengatakan bahwa fitur itu menyedot lalu lintas dari situs mereka, sehingga menggerus pendapatan iklan dan langganan.

“Kami memiliki tanggung jawab untuk secara proaktif memperjuangkan masa depan media digital dan menjaga integritasnya, yang semuanya kini terancam oleh tindakan Google,” kata Penske.

Penske menyebut sekitar 20 persen pencarian Google yang mengarah ke situsnya kini menampilkan AI Overviews. Akibatnya, pendapatan afiliasi turun lebih dari sepertiga dari puncaknya pada akhir 2024, seiring penurunan trafik. Media ini sendiri menarik 120 juta pengunjung online setiap bulan.

Asosiasi penerbit seperti News/Media Alliance menilai kondisi ini memang merugikan industri media digital. Berbeda dengan OpenAI yang sudah meneken perjanjian lisensi dengan media besar seperti News Corp, Financial Times, dan The Atlantic, tapi Google seperti enggan. Google sendiri memiliki pangsa pasar pencarian hampir 90 persen di AS.

Barry mengatakan, fitur baru Google AI Mode kini bisa jadi real traffic killer. Pencarian dengan AI tampaknya akan menggantikan pencarian klasik mengunakan search engine. Apalagi jawaban bisa lebih akurat dan disuguhkan dalam bentuk makanan jadi, tinggal masuk mulut. User tidak perlu lagi "memasak" dari bahan mentah.

Menurut Barry, adopsi oleh user ke Google Mode AI terus meningkat dari awalnya hanya 1,25 persen di AS, India, dan Inggris. Bagaimana di Indonesia?

Saya mencoba sendiri enaknya es teler ini. Setiap pencarian dijawab dengan rasa yang pas dan cukup akurat. Layaknya berinteraksi dengan AI tapi ini langsung di laman website Google. Mode AI juga bukan Gemini, jawaban keduanya berbeda ketika ditanya satu hal yang sama.

Yang sedikit melegakan, Google Mode AI mencantumkan sumber dari jawaban yang ditampilkan. Ada tiga media disematkan untuk user berkunjung secara langsung ke sumber utama jawaban. Yang saya ragu, apa masyarakat akan mengklik sumber itu jika jawabannya sudah gamblang tersuguhkan di laman Mode AI?

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |