TEMPO.CO, Jakarta - Pencari kerja sering kali menjadi sasaran penipuan yang menyamar sebagai lowongan pekerjaan. Tak jarang, iklan lowongan tersebut ternyata bertujuan untuk merekrut tenaga kerja ke perusahaan judi online yang beroperasi di Kamboja. Tawaran semacam ini juga banyak beredar di berbagai platform media sosial, seperti Facebook.
Lantas, seperti apa sebenarnya tanda-tanda iklan lowongan kerja yang berkaitan dengan judi online dan penipuan? Berikut rangkuman informasinya.
Ciri-Ciri Lowongan Kerja Judi Online
Melansir dari laporan Tempo edisi 6 April 2025 berjudul “Tukar Kepala Rekrutmen Pekerja Judi Online Kamboja,” tawaran bekerja di perusahaan judi online umumnya menawarkan gaji yang menggiurkan, mulai dari Rp 7 juta per bulan hingga Rp 16 juta dengan berbagai bonus. Padahal upah minimum di Kamboja berkisar US$ 208 atau sekitar Rp 3 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syarat bekerjanya pun mudah. Tidak ada permintaan ijazah, nilai IPK, atau pengalaman berorganisasi. Cukup tunjukkan kecepatan mengetik di komputer dan mempunyai paspor. Tak sedikit yang tertarik hingga meminta info lebih lanjut.
Seorang warga Medan, Sumatera Utara bernama Iwan–bukan nama sebenarnya–mengaku mencari pekerjaan di Facebook setelah sebelumnya sempat menjadi operator judi online. Namun, dia justru terjebak di perusahaan scam online di Kota Bavet, Kamboja, dan mendapatkan penyiksaan. "Awalnya dijanjikan kerja di judol," katanya.
Mengenai iklan lowongan kerja judi online, tawaran kerja yang diberikan sering kali menyamar sebagai pekerjaan biasa agar tidak mencurigakan. Iklan ini biasanya mencantumkan nama perusahaan yang tidak jelas atau fiktif, sering kali hanya disebut sebagai "perusahaan asing" tanpa detail sah atau legalitas yang bisa dicek secara resmi.
Deskripsi pekerjaan juga sangat umum, seperti "admin media sosial" atau "operator data", tanpa penjelasan tugas yang spesifik. Hal ini diiringi dengan tawaran gaji tinggi yang tidak masuk akal untuk pekerjaan tanpa keahlian khusus, serta janji bonus besar yang menggiurkan.
Proses rekrutmen juga dilakukan dengan sangat cepat dan minim seleksi, sering kali hanya lewat formulir singkat melalui WhatsApp atau Telegram tanpa wawancara resmi. Penempatan kerja biasanya di luar negeri, khususnya Asia Tenggara seperti Kamboja atau Filipina, dengan iming-iming tiket dan akomodasi gratis. Namun, lokasi dan dokumen kerja seringkali tidak bisa diverifikasi dan bersifat ilegal.
Ciri-Ciri Lowongan Kerja Palsu
Dilansir dari situs yang menyediakan informasi lowongan kerja, Jobstreet, berikut ciri-ciri lowongan kerja palsu:
1. Kriteria Tidak Spesifik dan Terlalu Umum
Salah satu ciri lowongan kerja palsu adalah kriteria yang terlalu longgar, seperti menyatakan "tanpa pengalaman" untuk posisi yang seharusnya membutuhkan keahlian khusus. Meskipun terlihat cocok bagi fresh graduate, lowongan yang serius biasanya tetap mencantumkan kualifikasi tambahan yang relevan dengan posisi yang ditawarkan.
2. Gaji Tinggi untuk Pekerjaan yang Sederhana
Waspadai jika deskripsi kerja terlihat sangat mudah, tetapi menawarkan gaji yang sangat besar dan tidak masuk akal. Penawaran gaji tinggi ini sering digunakan sebagai umpan oleh pelaku penipuan untuk menarik perhatian korban agar tergiur dan segera melamar.
3. Jaminan Diterima dan Proses Cepat
Lowongan kerja yang menjanjikan penerimaan instan dan mencantumkan kata-kata seperti "pasti diterima" patut dicurigai. Proses rekrutmen profesional biasanya melalui beberapa tahapan, seperti seleksi berkas, wawancara, dan tes kemampuan, untuk memastikan kandidat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4. Profil Perusahaan Tidak Jelas
Jika informasi mengenai perusahaan sulit ditemukan secara online atau tidak memiliki jejak digital yang kuat, maka perlu diwaspadai. Di era digital saat ini, perusahaan yang terpercaya biasanya sudah memiliki situs resmi, akun media sosial aktif, dan portofolio atau rekam jejak yang bisa dicek dengan mudah.
5. Diminta Membayar Sebelum Mulai Bekerja
Lowongan kerja palsu seringkali meminta calon karyawan untuk membayar sejumlah uang sebelum mulai bekerja, dengan alasan biaya administrasi atau akomodasi wawancara. Padahal, proses rekrutmen resmi pada umumnya tidak memungut biaya apapun kepada pelamar.
Ahmad Faiz dan Fuza Nihayatul Chusna berkontribusi dalam penulisan artikel ini.