Cerita Pilu Ibu dan Anak di Kuningan, Puasa Jika tak Bisa Makan, Rumah Terancam Ambruk

3 days ago 6

Ita Rosita (50) hidup di rumah yang terancam ambruk bersama anaknya di Desa Walaharcageur, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN--Aep Saepudin (14 tahun), seorang remaja asal Desa Walaharcageur, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan sudah harus merasakan kerasnya kehidupan. Sejak ayahnya meninggal dunia, sekitar dua tahun yang lalu, ia harus banting tulang untuk membiayai ibunya, Ita Rosita (50).

Menurut Ita, anaknya tidak melanjutkan ke SMP karena ketiadaan biaya. Sang anak bahkan sudah putus sekolah sejak masih SD dan memilih kerja serabutan untuk makan. “Putus sekolah karena gak ada biayanya. Katanya gak usah sekolah, gak ada duit untuk beli bajunya. Anaknya juga gak mau sekolah, maunya kerja, buat makan,” ujar Ita, Jumat (17/10/2025).

Dengan keterbatasannya dalam berkomunikasi dan kondisi buta huruf, Ita memang sulit untuk memperoleh pekerjaan sehingga mengandalkan anaknya. Namun, sang anak yang mengalami buta warna dan kemampuan calistung yang rendah, juga jarang mendapatkan ajakan untuk bekerja.

‎"Saya gak kerja. Makan sehari-hari dikasih dari tetangga. Kalau gak ada yang kasih makan, ya puasa. Tapi sering juga makan singkong yang dipotong-potong. Kadang juga saya nyari genjer untuk dijualin,” kata Ita sambil menangis.

Ita dan anaknya hidup berdua di rumah yang terancam roboh. Mereka berdua pun tidur diatas kasur butut dan bolong-bolong tanpa ranjang. Kondisi rumah pun berantakan dengan banyaknya barang tidak terawat sehingga menimbulkan aroma tak sedap.

Tak hanya itu, rumah yang ditempati Ita dan anaknya juga tidak memiliki WC. Listrik di rumah itupun telah lama diputus karena ketidakmampuan mereka untuk membayar tagihannya. “Sejak bapaknya meninggal dua tahun yang lalu, gak bisa bayar listrik,” katanya.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |