TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menghentikan sementara perdagangan (trading halt) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas melebihi 8 persen. Pembekuan sistem perdagangan selama 30 menit itu dilakukan pada Selasa, 8 April 2025 pukul 09.00.00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).
“BEI melakukan upaya ini untuk menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, dan diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan (SK) Direksi BEI Nomor Kep-0002/BEI/04-2025,” kata Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad di Jakarta, Selasa, 8 April 2025, seperti dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025 pukul 09.00 WIB, IHSG ambruk 596,33 poin atau 9,16 persen ke level 5.914,28. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan alias Indeks LQ45 merosot 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,9.
Adapun BEI telah menyesuaikan ketentuan trading halt dan batasan persentase auto rejection bawah (ARB). Dalam peraturan yang baru, BEI akan mengambil tindakan pembekuan sementara perdagangan saat IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 8 persen, berbeda dari ketentuan lama yang berada di angka 5 persen.
Belum genap sebulan, BEI sebelumnya juga telah menempuh tindakan trading halt sistem perdagangan pada Senin, 18 Maret 2025 pukul 11.19.31 waktu JATS. Penghentian perdagangan saham dipicu oleh penurunan IHSG yang mencapai lebih dari 5 persen.
“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia pada pukul 11.19.31 waktu JATS,” ucap Kautsar di Jakarta, Senin, 18 Maret 2025.
Kala itu, pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa, 18 Maret 2025, IHSG ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke level 6.076,08. Sementara Indeks LQ45 ambruk 38,27 poin atau 5,25 persen ke angka 691,08.
Direktur Utama BEI Iman Rachman saat itu menjelaskan penyebab penurunan IHSG karena faktor internal dan eksternal. Kendati IHSG yang anjlok tersebut dinilainya sebagai sesuatu yang tidak wajar, dia meminta supaya pasar dapat melihatnya dalam konteks yang lebih luas.
“Ada beberapa faktor global yang berkontribusi, termasuk ketidakpastian ekonomi global. Saat ini banyak investor masih bersikap wait and see,” ujar Iman dalam konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Maret 2025.
Walaupun demikian, dia tak mengelak bila penurunan signifikan terhadap IHSG juga diakibatkan oleh faktor domestik. Namun, dia enggan menjelaskan secara rinci apakah keruntuhan tersebut imbas dari sejumlah kebijakan pemerintah, seperti Himpunan Bank Negara (Himbara) yang diminta membiayai program 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto.
Dia menekankan, perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI secara fundamental mempunyai kinerja yang solid. Apabila melihat laporan keuangan pada 2024, lanjut dia, maka sebagian besar menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Jadi, yang terjadi saat ini lebih bersifat sentimen dan persepsi investor terhadap kondisi makroekonomi,” kata Iman.
Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.