Akhir Tahun Jadi Momen Muhasabah, MUI: Jangan Sampai Hidup Kita Bangkrut

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengajak umat Islam untuk mengisi momen akhir tahun dengan banyak-banyak evaluasi diri. Muhasabah itu, lanjut dia, dapat dilakukan melalui zikir dan doa bersama, termasuk yang digelar secara massal di masjid.

Kiai Cholil mengingatkan, waktu adalah anugerah yang paling berharga dari Allah SWT kepada tiap insan. Tidak seperti harta benda, waktu tidak mungkin bisa dibeli. Tidak pula bisa diulang kembali.

“Akhir tahun adalah akhir dari sebuah proses waktu. Kita diawali dengan waktu dan diakhiri juga dengan waktu,” ujar Kiai Cholil kepada Republika, Senin (29/12/2025).

Ia menjelaskan, penanggalan Masehi maupun Hijriah pada hakikatnya merupakan cara untuk mengonsepkan waktu yang diberikan oleh Allah Ta'ala. Substansi kedua sistem itu adalah sama, yakni bahwa waktu adalah karunia yang amat berharga dalam kehidupan.

Islam mengajarkan, tiap insan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Setiap orang akan ditanya perihal waktu kehidupannya selama di dunia digunakan untuk apa saja. Apakah untuk menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya ataukah justru sekadar bersenang-senang sembari terus mengabaikan ajaran-Nya.

“Allah banyak bersumpah dengan waktu dalam Alquran. Ada Wal Fajri, Wad Dhuha, Wal Ashri, sampai Wal Laili. Itu semua menunjukkan, betapa pentingnya waktu dalam kehidupan," kata Kiai Cholil.

Karena itu, ia menilai momen pergantian tahun tepat untuk evaluasi diri kolektif atas seluruh aktivitas yang telah dijalani di sepanjang 2025. Muhasabah tersebut mencakup capaian, kekurangan, serta langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan dalam menyongsong tahun 2026.

“Kita harus muhasabah. Apa capaian kita selama setahun ini, mana yang harus diteruskan, ditingkatkan, dan mana yang harus ditinggalkan. Jangan sampai kita menjadi orang yang bangkrut,” kata pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini.

Waktu yang Allah titipkan kepada manusia sejatinya adalah ladang untuk menumbuhkan ketakwaan, bukan sekadar deretan hari yang dibiarkan berlalu tanpa makna.

“Bangkrut itu ketika hari esok tidak lebih baik dari hari ini. Kalau hari ini sama saja dengan kemarin, itu berarti kita masih merugi,” jelasnya.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |