Self-Sabotage dalam ADHD: Musuh Dalam Diri yang Harus Dikenali Perempuan Dewasa

6 hours ago 2

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah kamu sering merasa punya banyak potensi, tapi seolah terus-terusan "menghambat" dirimu sendiri? Menunda pekerjaan penting, merasa tidak cukup baik padahal sudah berusaha maksimal, atau justru berkata “iya” pada semua permintaan orang lain padahal kamu sudah kelelahan?

Jika kamu menjawab “ya” dan kamu juga hidup dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), bisa jadi kamu sedang mengalami self-sabotage.

Self-sabotage atau sabotase diri adalah pola perilaku yang tanpa sadar menghalangi keberhasilan atau kebahagiaanmu sendiri. Pada perempuan dewasa dengan ADHD, ini bukan hal langka. Bahkan, sering kali menjadi pola yang terus berulang akibat kombinasi antara gejala neurodivergen dan tekanan sosial.

Kenapa Self-Sabotage Umum Terjadi dalam ADHD?

Menurut Dr. Tamara Rosier dalam artikel Additude Magazine, self-sabotage bukan hanya hasil dari gejala ADHD seperti prokrastinasi atau disorganisasi. Ini juga berkaitan dengan keyakinan negatif yang tertanam akibat kegagalan berulang dan pengalaman penolakan. Kombinasi ini membuat banyak perempuan ADHD menjadi musuh bagi dirinya sendiri, bahkan tanpa sadar.

Berikut beberapa penyebab umumnya:

1. Perfeksionisme yang Menyamar

Perfeksionisme sering dianggap sebagai sifat positif. Tapi bagi perempuan dengan ADHD, ini bisa menjadi bumerang. Ketika mereka merasa tidak akan bisa melakukannya “sempurna,” mereka lebih memilih tidak memulainya sama sekali. Ini adalah bentuk sabotase halus yang sering tidak disadari.

2. Rejection Sensitivity atau Ketakutan Ditolak

Banyak perempuan ADHD sangat sensitif terhadap penolakan atau kritik—disebut juga Rejection Sensitive Dysphoria. Ketakutan ini bisa membuat mereka menghindari peluang baru karena takut tidak cukup baik atau takut gagal.

3. The Wall of Awful

Istilah ini menggambarkan “tembok mental” yang terbentuk dari pengalaman negatif, rasa malu, dan kegagalan masa lalu. Setiap kali mereka harus memulai sesuatu, tembok ini terasa makin tinggi dan membuat mereka kewalahan bahkan sebelum mulai.

4. Orang Baik yang Terlalu Sering Mengalah

People-pleasing atau terlalu ingin menyenangkan orang lain juga bisa menjadi bentuk sabotase. Perempuan ADHD sering kali berusaha keras “mengimbangi” kelemahan mereka dengan menjadi orang yang tidak pernah menolak permintaan. Akibatnya, mereka kelelahan dan tidak punya energi untuk diri sendiri.

Perilaku Self-Sabotage yang Umum Terjadi

Berikut beberapa contoh sabotase diri yang sering muncul:

  • Menunda-nunda meski tahu konsekuensinya besar

  • Menghindari tugas penting dengan dalih “belum siap”

  • Mengambil terlalu banyak tanggung jawab lalu kewalahan

  • Merasa bahwa kesuksesan yang diraih adalah “kebetulan” (impostor syndrome)

  • Tidak menggunakan alat bantu padahal tahu itu membantu (planner, reminder, dsb.)

Cara Menghentikan Pola Self-Sabotage

Mengatasi self-sabotage bukan soal mengubah diri secara drastis, melainkan membangun kesadaran dan strategi kecil yang konsisten. Berikut beberapa tips dari Dr. Rosier dan para ahli ADHD:

1. Sadari Pola dan Refleksi Diri

Langkah pertama adalah menyadari kapan kamu mulai menghambat dirimu sendiri. Apa pemicu emosinya? Apa keyakinan negatif yang muncul?

2. Gunakan Strategi Kecil Tapi Konsisten

Daripada berusaha menjadi sempurna, cobalah membuat kemajuan kecil. Gunakan alat bantu, atur waktu kerja dalam interval singkat (seperti teknik Pomodoro), dan buat jadwal visual.

3. Latih Self-Compassion

Berhenti menyalahkan diri sendiri setiap kali gagal. Ganti dengan afirmasi dan empati terhadap diri sendiri. Kamu bukan malas, kamu sedang berjuang dengan cara kerja otak yang berbeda.

4. Terapi dan Dukungan Profesional

Terapi seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) atau coaching khusus ADHD sangat membantu untuk mengenali pola sabotase dan membangun strategi efektif. Jangan ragu untuk mencari dukungan.

Pilihan Editor: Kenapa Perempuan Lebih Sulit Didiagnosis ADHD Daripada Laki-laki?

ADDITUDE MAGAZINE | PSYCHOLOGY TODAY | ADD RESOURCE CENTER

Catatan Redaksi

Jika kamu merasa mengalami gejala ADHD atau mengenali pola self-sabotage dalam dirimu, hindarilah melakukan diagnosis sendiri (self-diagnose). Gejala ADHD dan kondisi kesehatan mental lainnya bisa saling menyerupai. Konsultasikan dengan profesional seperti psikolog klinis atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |