Saat Air Putih Jadi Racun Bagi Tubuh: Sebuah Tren Hidup Sehat Yang Keliru

14 hours ago 5

Image Cantika Afi Putri

Trend | 2025-11-01 22:49:42

Sumber Gambar: Pinterest

Fear of Missing Out atau yang akrab kita dengar dengan istilah FOMO, adalah sebuah fenomena takut tertinggal oleh tren yang menarik. Beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia berlomba-lomba dalam mengikuti tren hidup sehat. Mulai dari hiking, jogging, padel, pillates, hingga kebiasaan mengonsumsi air putih melalui botol minum bergengsi. FOMO dalam hal ini berdampak baik bagi masyarakat karena kebiasaan hidup sehat akan mengarah pada hal yang positif. Namun, apa jadinya jika semangat hidup sehat tersebut menjadi berbahaya sebab tidak diiringi pemahaman yang tepat?

Salah satu semangat hidup sehat yang gencar dipopulerkan adalah minum air sebanyak mungkin demi menjaga kesehatan kulit, menjaga fungsi ginjal, dan menurunkan berat badan. Hal tersebut didukung dengan adanya botol minum yang diproduksi sedemikian rupa agar menarik bagi konsumen.

Faktanya, konsumsi air putih yang tidak sesuai kebutuhan tubuh justru akan membahayakan nyawa. Salah satu gangguan yang mungkin akan muncul adalah gangguan hiponatremia. Kondisi ini terjadi ketika kadar natrium dalam darah sangat rendah akibat tubuh terlalu banyak cairan. Hiponatremia dapat menyebabkan seseorang mengalami pusing, mual, lemas, sulit berkonsentrasi, kram otot, hingga kondisi yang paling parah berupa kejang dan koma.

Berdasarkan data dari National Institutes of Health, total asupan air yang ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 2-3 liter per hari, tergantung dari aktivitas tubuh, suhu lingkungan, berat badan, kondisi kesehatan, dan faktor eksternal lainnya dengan keterangan:

  1. Aktivitas tubuh: Semakin berat aktivitas tubuh, misalnya olahraga, maka kebutuhan cairan juga akan lebih banyak.
  2. Suhu lingkungan: Suhu lingkungan yang lebih tinggi cenderung membuat tubuh merasa haus lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan konsumsi air minum.
  3. Kondisi kesehatan: Saat sakit yang menyebabkan kondisi tubuh kehilangan lebih banyak cairan, misalnya diare, demam, dan muntah, tubuh kehilangan cairan lebih banyak dibanding kondisi normal sehingga meningkatkan pula kebutuhan konsumsi air minum.
  4. Berat badan: Rata-rata kebutuhan air minum dapat dihitung dengan 30-35 mL dikali dengan berat badan dalam kilogram. Contohnya 30ml x 60kg = 1800 mL, berarti kebutuhan air dalam sehari adalah sebanyak 1,8 liter.

Jika asupan air dalam tubuh melebihi kapasitasnya, hal ini akan membuat air menumpuk dalam darah dan jaringan sehingga dapat menimbulkan risiko yang membahayakan. Selain itu, penting bagi kita untuk mengetahui keseimbangan dan kebutuhan air dalam tubuh masing-masing melalui karakteristik warna urin. Dari hasil literatur, urin yang normal akan berwarna kuning terang. Dengan ini, slogan “semakin banyak akan semakin baik” menjadi tidak sepenuhnya benar.

Di tengah era pesat kemajuan teknologi saat ini, kemudahan akses informasi bagai pisau bermata dua. Dengan ini, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kemampuan literasi kesehatan agar mampu membedakan antara pola hidup sehat dengan tren yang menyesatkan. Kita sebagai pengguna media sosial perlu bijak memilah informasi yang valid dan kredibel, bukan dengan mudah mempercayai tips viral. Mengabaikan dasar medis demi mengikuti sebuah tren justru dapat membahayakan kesehatan itu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |