REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sami Hamdi adalah seorang jurnalis dan komentator politik Inggris yang dikenal dengan analisis tajamnya tentang geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Eropa.
Ia merupakan Direktur Pelaksana dan Pemimpin Redaksi majalah International Interest. Ini merupakan majalah urusan terkini yang berfokus pada analisis mendalam mengenai politik di Timur Tengah, Asia Timur Jauh, dan Inggris.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Selain menerbitkan majalah, International Interest juga merupakan perusahaan risiko dan intelijen global yang memberikan saran kepada pemerintah dan perusahaan mengenai lingkungan geopolitik dan risiko pasar di berbagai wilayah.
Sami Hamdi menjabat sebagai Managing Director dan Pemimpin Redaksi di perusahaan yang berbasis di London ini. Mereka mengandalkan jaringan yang luas, termasuk para pembuat keputusan kunci, pejabat pemerintah, serta personel militer dan intelijen, untuk menghasilkan analisis yang mendalam dan terpercaya.
Ayahnya, Mohamed Hechmi Hamdi, adalah seorang aktivis politik Tunisia yang melarikan diri dari rezim diktator dan mendapatkan suaka di London. Waktu itu Tunisia diperintah di bawah kediktatoran otoriter yang kejam, yang paling menonjol di bawah kekuasaan Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berkuasa pada tahun 1987.
Rezimnya dikenal karena kontrol ketat, penindasan politik yang brutal, dan korupsi yang meluas, mematikan segala bentuk kebebasan berpendapat dan berkumpul. Para aktivis demokrasi, jurnalis, dan siapa pun yang berani mengkritik pemerintah menghadapi penangkapan, penyiksaan, atau hukuman penjara yang panjang.
Akibatnya, banyak aktivis terkemuka eksodus ke luar negeri, terutama ke negara-negara Eropa, untuk menghindari penangkapan, melanjutkan perjuangan mereka dari luar, dan mencari perlindungan dari ancaman rezim.
Latar belakang keluarga ini turut membentuk kesadaran politiknya yang kuat, menanamkan keberanian untuk mengkritik otoritas dan berbicara atas nama mereka yang tertindas.
Pendidikan Sami Hamdi ditempuh di School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London. Melalui akun LinkedIn-nya, diketahui bahwa ia menempuh pendidikan di sana sejak tahun 2008 hingga 2013.
Kampus ini memiliki spesialisasi unik dalam bidang studi yang berfokus pada Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Didirikan pada tahun 1916, SOAS menjadi satu-satunya institusi pendidikan tinggi di Eropa yang memiliki konsentrasi akademik terbesar untuk kawasan-kawasan ini, mencakup bahasa, budaya, hukum, ilmu sosial, hingga kemanusiaan.

12 hours ago
6












































