REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pengembangan energi nuklir di Indonesia dinilai tak hanya bergantung pada kesiapan teknologi dan regulasi, tetapi juga pada tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat. Ahli Nuklir BRIN Dwi Murray menegaskan bahwa edukasi publik menjadi faktor kunci agar Indonesia dapat mengadopsi energi nuklir secara aman dan berkelanjutan.
“Yang paling utama itu education. Edukasi tentang manfaat dan risiko nuklir harus dimulai dari sekarang,” ujar Dwi Murray, profesional yang memiliki pengalaman 25 tahun di sektor nuclear power generation di Amerika Serikat.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Menurut Dwi, seluruh standar keselamatan global untuk pengoperasian pembangkit nuklir sudah sangat matang. Tantangan terbesar justru terletak pada bagaimana masyarakat memahami bahwa teknologi nuklir aman selama diterapkan sesuai regulasi dan infrastruktur yang kuat.
“Dari pengalaman saya di Amerika, semuanya berjalan aman. Nuklir itu aman, baik dari sisi safety maupun security. Tanpa regulasi dan infrastruktur yang kuat, tidak ada acuan untuk menjamin keamanan dan keselamatan lingkungan,” katanya.
Apalagi, pengembangan nuklir di kancah global sudah ada standart baku terkait keamanan dan standar pengoperasiannya. Hanya saja, perlu adanya kepastian regulasi.
“Kalau kita lihat secara global, semua accident besar sebenarnya preventable, karena sistem dan regulasinya sudah ada. Yang penting kita menerapkannya dengan sungguh-sungguh,” tegas Dwi.
Dwi menilai bahwa pengembangan tenaga nuklir di Indonesia membutuhkan keseimbangan antara kesiapan teknis dan kesiapan sosial. Public acceptance dan public understanding menjadi fondasi agar proyek-proyek nuklir ke depan bisa diterima dengan baik.
“Bukan hanya komunitas lokal yang perlu diajak berdialog, tapi masyarakat luas perlu diberi pemahaman tentang bagaimana nuklir bekerja, seberapa aman sistemnya, dan bagaimana manfaat ekonominya,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Deputy Director General International Atomic Energy Agency (IAEA), Karine Herviou, menegaskan bahwa kepercayaan publik adalah kunci kesuksesan proyek nuklir di setiap negara. Menurutnya, keselamatan (safety) dan keamanan (security) merupakan dua elemen yang tidak dapat dipisahkan dalam seluruh siklus teknologi nuklir, mulai dari operasi fasilitas, pengelolaan limbah, hingga tahap dekomisioning.
“Keselamatan dan keamanan nuklir adalah hal yang tak tergantikan untuk melindungi manusia, masyarakat, dan lingkungan sekaligus memastikan keberlanjutan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir,” kata Karine pekan lalu.
Selama lebih dari lima dekade, IAEA telah membantu banyak negara membangun sistem hukum dan teknis yang memastikan keamanan operasional nuklir. Hingga kini, lebih dari 1.400 layanan pendampingan dan peninjauan teknis telah diberikan kepada negara anggota untuk memperkuat kerangka regulasi nasional.
“Keselamatan dan keamanan bukan sekadar persoalan teknis, melainkan fondasi utama untuk menjaga kepercayaan publik,” tegas Karine.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan juga menegaskan keterbukaan pemerintah terhadap pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Menurutnya, berbagai studi kelayakan dan uji keselamatan telah dilakukan untuk memastikan kesiapan Indonesia menuju implementasi energi nuklir modern.
Luhut menilai, Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada energi fosil jika ingin mencapai target net zero emission. “Kita harus berani membuka diri terhadap teknologi baru, termasuk nuklir, selama dilakukan secara aman dan bertanggung jawab,” ujarnya.

4 hours ago
4











































