Komunikasi Etnografi Kritikal dalam Menunjang DEI dan CSR Perusahaan

3 days ago 10

loading...

Muhammad Alfath Fiqhya Amrinagara. Foto/Dok Pribadi

Muhammad Alfath Fiqhya Amrinagara
Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta

DALAM proses komunikasi kritis yang semakin kompleks dan berkembangnya kesadaran dalam dinamika sosial, pendekatan kritis terhadap praktik hubungan publik menjadi semakin relevan dan dibutuhkan. Salah satu pendekatan yang menawarkan kerangka analisis mendalam terhadap kekuasaan, representasi, dan dinamika sosial adalah etnografi kritikal. Hal ini berasal dari tradisi antropologi dan ilmu sosial. Etnografi kritikal tidak hanya berupaya memahami budaya dan praktik sosial melalui observasi dan partisipasi, tetapi juga bertujuan untuk mengungkap serta menantang struktur ketimpangan dan dominasi dalam masyarakat. Hubungan publik sebagai salah satu strategi yang disusun untuk pembentukan citra, komunikasi strategis, dan manajemen untuk persepsi publik yang ditujukan untuk membuat imej yang baik untuk suatu perusahaan atau kampanye. Oleh dari itu, menggabungkan etnografi kritikal dalam praktik hubungan publik membuka peluang untuk membangun pendekatan komunikasi yang lebih reflektif, inklusif, dan transformatif.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi keterkaitan antara etnografi kritikal dan hubungan publik, serta bagaimana pendekatan ini dapat memperkaya praktik kehumasan , khususnya dalam konteks manajemen isu dan krisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan secara mendalam praktik manajemen isu dan krisis melalui pendekatan etnografi kritikal dalam konteks hubungan publik (PR) perusahaan yang berkomitmen terhadap nilai Diversity, Equity, and Inclusion (DEI). Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, melainkan untuk mengeksplorasi, memahami, dan mendeskripsikan praktik komunikasi dan budaya organisasi yang berkaitan dengan upaya membangun relasi yang sehat antara perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Pada zaman yang sudah semakin kritis ini, sebuah kampanye atau organisasi membutuhkan suatu usaha untuk membangun etnografi dalam kegiatannya. Menurut Hammersley and Atkinson (2007), etnografi adalah kegiatan melibatkan partisipasi etnografer, dalam kehidupan sehari-hari orang-orang dalam jangka waktu yang lama, untuk mengamati apa saja yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, dan mengajukan pertanyaan melalui wawancara secara informal maupun formal. Selain itu menurut Madison (2019), Etnografi tersebut akan menghasilkan sebuah interpretasi yang dapat menjelaskan apa yang dirasakan dari orang orang yang diwawancarai, dengan dilakukannya hal tersebut terhadap banyaknya orang akan menghasilkan sebuah strategi untuk menjawab dan melakukan hal hal yang didapat dari etnografi tersebut.

Menurut Sharrock & Hughes (2001), dalam melaksanakan etnografi, sang etnografer memiliki tugas untuk mengidentifikasi dan mengkonsepkan regularitas dari fenomena yang terjadi sehingga prosesnya cukup menyelidik. Oleh karena itu biasanya menggunakan pendekatan yang berakhir terbuka sehingga sang etnografer harus dapat menentukan siapa saja yang perlu diwawancarai, bagaimana cara mengembangkan interview tersebut, dan juga mendapatkan hasil yang dapat diproses menjadi suatu strategi yang dapat diimplementasikan.

Oleh karena itu, perusahaan dan juga kampanye yang menggunakan etnografi untuk menangani isu dan juga keharusan dan kebutuhan dari perusahaan tersebut, dimana sebuah perusahaan harus dapat melakukan komunikasi dua arah dengan pegawainya dan juga masyarakat. Komunikasi dua arah ini dapat dijelaskan dengan studi The Excellence Theory of Public Relation yang dilakukan oleh The International Association of Business Communicators Research Foundation dimana Grunig (2008) mengatakan bahwa nilai dari hubungan publik kepada masyarakat didasarkan oleh dari tanggung jawab sosial dan juga kualitas hubungan dengan pemegang saham, jika tidak, para pemangku kepentingan akan menekan organisasi untuk berubah atau menentangnya dengan cara yang menambah biaya dan risiko pada kebijakan dan keputusan organisasi.

Oleh karena itu, perusahaan juga berusaha untuk mendapatkan respons yang baik dari para pemegang saham, ditambah lagi dengan adanya panduan wajib yang harus diterapkan seperti melakukan aksi Corporate Social Responsibility (CSR) dan juga Environmental, Social, and Governance (ESG), dan lebih lanjutnya lagi menjadi kampanye DEI dalam ruang kerja. Menurut Brown (2025), DEI sendiri dapat dijelaskan dengan bagaimana keberagaman dalam aspek gender, usia, ras dan etnis dan juga kemampuan fisik, kesetaraan dalam perlakuan, dan juga inklusi terhadap perasaan seorang individu. Dalam kegiatannya untuk mendapat simpati dari para pemegang saham. Dalam kegiatan ini perusahaan perusahaan menggunakan kampanye yang ditujukan untuk membantu kegiatan sosial dari sisi yang dianggap penting oleh perusahaan untuk membalas budi kepada masyarakat dan juga budaya di sekitarnya. Dalam penerapan CSR dan DEI, suatu perusahaan juga menghasilkan sebuah laporan dimana kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut menjadi kegiatan hubungan publik yang diharapkan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey (2020) mengenai sustainabilitas, perusahaan yang memiliki fokus untuk ESG memiliki kinerja finansial dibandingkan perusahaan yang tidak berfokus terhadap ESG. Hal tersebut dikarenakan oleh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut memaksimalkan nilai finansial dengan cara memperbagus hubungan dengan pelanggan dan juga bagaimana membuat sustainabilitas menambahkan nilai pada usaha tersebut. Pada halnya di perusahaan yang berada di dalam negeri sudah mulai mengimplementasikan kegiatan kegiatan tersebut pada usahanya. Seperti contohnya, laporan yang dibuat oleh Unilever Indonesia pada laman daringnya yang menyatakan pencapaian DEI yang diraih pada tahun 2023.

Pada laman tersebut PT Unilever indonesia menceritakan pencapaian Kesetaraan Gender .Mereka menyebutkan perkembangan dalam jajaran komisaris, direksi, dan manajerialnya yang meningkat populasi gender perempuan, dan dukungannya terhadap representasi perempuan dalam tim dan juga penyandang disabilitas. Selain melakukan aksi hubungan publik, PT Unilever Indonesia juga melakukan gerakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan kode etik Respect, Dignity, & Fair Treatment (RDFT) yang mempromosikan keberagaman, rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang setara, tanpa diskriminasi. Selain itu PT Unilever Indonesia juga menerapkan kerjasama untuk melawan Bullying di tempat kerja.

Sama halnya dengan etnografi yang dilakukan pada perusahaan, dengan adanya wawancara yang dilakukan dengan mendalam terhadap karyawan dan juga orang orang yang termarginalisasi. Menurut teori dari Spradley (1979) tujuan dari etnografi dilakukan untuk melihat dan juga mendengar sebanyak mungkin untuk mendapatkan catatan dari wawancara yang dilakukan sebaik mungkin dan bisa mendapatkan cara untuk pemecahan masalah. Hal ini dapat berfungsi untuk kegiatan hubungan publik yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Kolaborasi yang dilakukan oleh etnografer dan juga tim CSR dapat menghasilkan hasil yang lebih rinci terhadap program CSR yang dilakukan oleh perusahaan, dikarenakan etnografer akan melakukan dengan cara interview dengan tim terkait mengenai informasi dari perusahaan tersebut dan juga apa yang diutamakan dalam program csr yang akan dilakukan, hal itu akan dilakukan pencocokan dengan keadaan sekitar yang menjadi target dari program tersebut. Hasil informasi dari etnografi mungkin tidak langsung mendapatkan apa yang dapat dilakukan, seperti contohnya bagaimana sebuah perusahaan yang memiliki banyak kerugian yang dihasilkan dari bagaimana mereka tidak dapat meraih calon pelanggan lokal, dapat diidentifikasi masalahnya, namun untuk usaha yang dapat dilakukan belum tentu dapat berhasil, namun dengan cara komunikasi kritis yang dibantu dengan etnografi, adanya kemungkinan bahwa daerah tersebut dapat dilayani dengan lebih baik.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |