Dorong Keselamatan Kerja, Kemenperin Perluas Implementasi Smart Industrial Safety

8 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya teknologi digital dalam meningkatkan standar keselamatan kerja di sektor industri. Penerapan sistem cerdas dan pemantauan berbasis data dinilai menjadi pondasi utama menuju ekosistem industri yang lebih aman, efisien, dan berdaya saing tinggi.

Komitmen tersebut diwujudkan melalui penguatan program Smart Industrial Safety (SIS) yang dikembangkan bersama Indonesia–Japan Consortium for Smart Industrial Safety (IJCSIS). Menurut Menperin, teknologi industri 4.0 seperti kecerdasan buatan (AI), machine learning, internet of things (IoT), big data, hingga pengamanan siber akan memperkuat tata kelola keselamatan kerja atau K3.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Dengan memanfaatkan teknologi digital dan sistem cerdas, SIS bukan hanya berperan penting dalam menjaga K3, tetapi juga mampu meningkatkan efisiensi proses industri,” kata Agus dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Fokus implementasi SIS saat ini diarahkan ke industri kimia, yang dikenal memiliki tingkat risiko tinggi. Kementerian Perindustrian turut hadir dalam Seminar dan Penandatanganan Perjanjian Implementasi SIS untuk sektor kimia di Gedung Science Techno Park Universitas Indonesia, Depok. Kehadiran pemerintah diwakili Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Wiwik Pudjiastuti.

Wiwik menyampaikan bahwa industri kimia memiliki peran strategis dalam rantai pasok nasional dan regional. Indonesia tercatat sebagai salah satu pusat industri kimia terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas produksi yang menopang kebutuhan domestik sekaligus pasar global.

“Indonesia saat ini menempati posisi strategis sebagai pusat industri kimia di kawasan Asia Tenggara, dengan kapasitas produksi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga menopang rantai pasok global,” ujar Wiwik.

Kinerja sektor ini juga mencatat tren positif. Pada semester pertama 2025, industri kimia, farmasi, dan tekstil tumbuh 6,70 persen dengan kontribusi 3,82 persen terhadap PDB nasional. Nilai ekspor mencapai USD 25,89 miliar dan realisasi investasi mencapai Rp 93,93 triliun.

Meski terus berkembang, Wiwik mengingatkan bahwa sektor kimia memiliki tantangan besar dalam pengelolaan bahan berbahaya. Karena itu, peningkatan produktivitas harus berjalan beriringan dengan standar keselamatan yang ketat dan berkelanjutan. “Keamanan kerja harus menjadi fondasi dalam setiap aktivitas industri,” tegasnya.

Kerja sama Indonesia–Jepang dalam IJCSIS melibatkan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Dari Indonesia, kolaborasi ini melibatkan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Federation of The Indonesian Chemical Industry (FIKI), serta Responsible Care Indonesia (RCI). Dari Jepang, partisipan meliputi Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Yokohama National University (YNU), Japan Electric Measuring Instruments Manufacturers’ Association (JEMIMA), serta Japan Electronics and Information Technology Industries Association (JEITA).

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |