BTN Gandeng SBM ITB Kembangkan Strategi Industri Perumahan

1 day ago 4

INFO BISNIS – Dalam menghadapi kompleksitas tantangan struktural dan ekonomi global yang memengaruhi sektor perumahan nasional, para pelaku industri properti dinilai perlu merumuskan strategi baru yang lebih adaptif dan inovatif. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengambil langkah konkret dengan memperkuat kompetensi sumber daya manusia di sektor ini melalui penyelenggaraan Program Mini MBA in Property, hasil kolaborasi antara Housing Finance Center Bank BTN dan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB), yang kini telah memasuki batch ke-22.

Pada acara Wisuda Mini MBA in Property Batch 20–22 dan Seminar Outlook Properti Indonesia Tahun 2025, Direktur Finance & Strategy BTN, Nofry Rony Poetra, menegaskan pentingnya pengembangan pendidikan berbasis kompetensi untuk mencetak pengembang properti yang tidak hanya unggul dari sisi teknis, tetapi juga memahami tantangan multidimensi sektor perumahan di tengah perubahan global yang cepat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nofry mengungkapkan bahwa riset Housing Finance Center BTN menemukan korelasi erat antara laju pertumbuhan ekonomi nasional dengan sektor perumahan. Namun, tekanan eksternal seperti ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta kebijakan tarif baru dari AS turut menekan daya beli masyarakat dan memengaruhi minat investasi di sektor properti.

“Situasi ini berdampak langsung pada penurunan penjualan hunian, stagnasi harga, serta peningkatan backlog perumahan, khususnya di segmen menengah ke bawah. Selain itu, biaya pembangunan yang meningkat akibat naiknya harga material dan suku bunga kredit turut menjadi beban berat bagi para pengembang,” kata Nofry, Sabtu, 31 Mei 2023 lalu.

Lebih lanjut, sektor perumahan kini mengalami transformasi struktural dalam pola permintaan pasar. Gaya hidup generasi muda, percepatan adopsi digital, serta kesadaran lingkungan memaksa pelaku industri untuk berinovasi. Konsep pengembangan kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD), penerapan prinsip green property, dan pemanfaatan teknologi mutakhir seperti smart building dan proptech menjadi titik krusial dalam merancang strategi bisnis ke depan.

“Permasalahan utama sektor perumahan adalah kurangnya pasokan rumah. Karena itu, BTN terus mendorong penciptaan developer-developer baru melalui program pendidikan yang komprehensif, mulai dari aspek legal, pembiayaan proyek, hingga penguasaan manajemen,” lanjut Nofry.

Peserta program Mini MBA in Property tidak hanya menerima pembelajaran teori, tetapi juga melakukan kunjungan lapangan (site visit) ke proyek perumahan aktual untuk mendapatkan pemahaman praktis dan inspirasi dari para pengembang berpengalaman. Langkah ini dianggap penting dalam membentuk developer yang siap menghadapi dinamika nyata di lapangan.

Sebagai bagian dari ekosistem pendukung, BTN juga membuka akses seluas-luasnya bagi pembiayaan proyek perumahan, baik untuk developer maupun konsumen. Lewat peran aktif Housing Finance Center, BTN menegaskan posisinya sebagai mitra strategis dalam menciptakan ekosistem perumahan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam rangkaian acara tersebut, BTN juga menyelenggarakan Seminar Outlook Properti Indonesia Tahun 2025, menghadirkan pembicara lintas sektor dari kalangan regulator, akademisi, hingga pelaku riset properti. Forum ini menjadi ruang penting untuk memetakan arah pertumbuhan sektor properti di tengah tantangan global.

Salah satu narasumber, Senior Director dari Research and Consultancy Savills, Tommy Henria Bastamy, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat hingga 4,87 persen pada kuartal I-2025 serta gejolak global akibat perang dagang diprediksi turut memengaruhi perlambatan sektor properti. Namun, optimisme tetap tumbuh seiring dengan dukungan pemerintah melalui program perumahan nasional dan pemberian insentif seperti pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

“Kami percaya sektor perumahan masih cukup terjaga meskipun ada koreksi. Real demand tetap kuat, dan program pemerintah seperti pembangunan Tiga Juta Rumah serta berbagai stimulus akan tetap mendorong permintaan hunian, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah,” tutup Tommy.(*)

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |