Foto udara dampak banjir bandang yang melanda pemukiman penduduk di Jalan Murai, Sibolga, Sumatera Utara, Ahad (30/11/2025). Berdasarkan data dari Polda Sumatera Utara jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sibolga hingga Ahad (30/11) pukul 09:00 WIB sebanyak 32 jiwa dan 65 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indo Premier Sekuritas menilai banjir yang melanda sentra perkebunan di Sumatera berisiko mengganggu pasokan komoditas domestik dan menekan optimisme pasar menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Gangguan pasokan itu dinilai bisa memicu kenaikan inflasi, terutama pada komoditas pangan bergejolak.
Penilaian tersebut muncul setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan 24–28 November 2025 di level 8.508,71 atau naik 1,12 persen dari pekan sebelumnya. Kenaikan indeks ditopang lonjakan volume transaksi harian yang menunjukkan minat beli domestik masih kuat.
Meski demikian, tekanan asing masih terasa dengan catatan net outflow sebesar Rp 765 miliar dalam sepekan terakhir. Arus keluar itu menggambarkan sikap hati-hati investor global terhadap kondisi domestik di tengah risiko pasokan komoditas.
“Meskipun IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita,” tambah Equity Analyst IPOT, Iman Gunadi, dalam keterangan, Selasa (2/12/2025).
Di tengah arus keluar, pasar mencatat inflow terbesar pada BRMS sebesar Rp 4,426 triliun dan BREN Rp 6,83 triliun selama periode rebalancing indeks MSCI efektif 25 November 2025. Inflow juga terjadi pada BMRI Rp 3,209 triliun, PTRO Rp 969,2 miliar, dan RAJA Rp 1,189 triliun.
Dari sisi global, pasar masih menunggu arah kebijakan Federal Reserve dengan sorotan pada ISM Manufacturing PMI dan data inflasi PCE Amerika Serikat. Konsensus Core PCE Price Index tahunan diperkirakan melambat ke 2,8 persen yang bisa memperkuat ekspektasi pelonggaran moneter.
Di dalam negeri, stimulus belanja pemerintah jelang Nataru serta window dressing menjadi sentimen positif yang biasanya mengangkat saham konsumsi dan ritel. Namun risiko banjir di wilayah perkebunan seperti sawit, karet, dan gula berpotensi mengganggu logistik dan pasokan sehingga menekan inflasi volatile food dalam jangka pendek.
IPOT menilai lonjakan inflasi akibat gangguan pasokan lokal dapat membatasi ruang kebijakan Bank Indonesia. Karena itu, pasar diminta tetap mencermati neraca perdagangan dan inflasi sebagai penentu keberlanjutan arus modal di akhir tahun.

1 hour ago
1














































