4 hours ago
3
Suku Dayak Meratus menuju ekonomi mandiri melalui Bamboo Rafting.
REPUBLIKA.CO.ID, HULU SUNGAI SELATAN, – Bamboo Rafting di Sungai Amandit, Desa Lok Lahung, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, menawarkan pengalaman wisata unik yang dipandu langsung oleh Suku Dayak Meratus. Sejak pagi, wisatawan dapat menikmati keindahan hutan tropis dan tantangan arus sungai yang menantang.
Thomas Harianto, seorang penduduk asli Dayak Meratus, bersama 40 penjoki lainnya telah memandu wisatawan sejak 2015. Aktivitas ini dikenal sebagai Bamboo Rafting, atau dalam bahasa lokal disebut Lanting. Dengan mengayuh rakit bambu, mereka membawa wisatawan menyusuri Sungai Amandit yang masih alami.
Medan sungai yang penuh tantangan, seperti arus deras dan batu besar, menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan juga dapat melihat batuan geologi berusia jutaan tahun dan keanekaragaman hayati hutan hujan tropis, serta aktivitas tradisional Suku Dayak Meratus.
Ekonomi Gotong Royong
Bamboo Rafting telah mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Selain para penjoki, warga juga membuka jasa ojek, rumah makan, dan penginapan. Tarif untuk perjalanan berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu, tergantung jarak tempuh.
Sebelumnya, Bamboo Rafting adalah alat transportasi tradisional sebelum akses darat tersedia. Seiring berjalannya waktu, aktivitas ini berkembang menjadi wisata unggulan dan dikenal melalui Festival Loksado.
Geopark Meratus
Pada 2018, Bamboo Rafting menjadi bagian dari Geopark Meratus, yang diakui sebagai Geopark Nasional. Pengakuan UNESCO pada 2025 semakin mengukuhkan nilai geologi kawasan ini. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat berkolaborasi menjaga kelestarian alam Pegunungan Meratus.
Dengan pengembangan infrastruktur, Loksado telah menjadi destinasi pariwisata nasional yang menarik wisatawan mancanegara. Penerbangan internasional dari Kalsel ke Malaysia diharapkan meningkatkan jumlah kunjungan dan perekonomian lokal.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.
sumber : antara
